Nasional

Pondok Pesantren dan NU Tak Bisa Dipisahkan

NU Online  ·  Sabtu, 28 April 2018 | 14:30 WIB

Pekalongan, NU Online
Hubungan pesantren dan organisasi sosial keagamaan Nahdlatul Ulama tidak bisa dipisahkan, begitu juga sebaliknya pesantren dan NU posisinya tidak bisa dihadap-perhadapkan, sebab NU lahir dari pesantren.

Demikian disampaikan KH Saiful Bachri yang juga mantan Ketua  NU Kabupaten Pekalongan periode awal tahun 2000-an. 

Menurutnya, mengapa dalam sepuluh tahun terakhir di setiap pengajian baik di kampung-kampung maupun di pondok pesantren sebelum pengajian dimulai diawali dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya. 

"Tiga tahun terakhir kemudian ada tambahan lagu yang dinyanyikan sebelum pengajian dimulai, yaitu Ya Lal Wathon. Ini artinya apa? Tradisi baru itu yang mengawali adalah ulama kita yaitu Habib Luthfi bin Yahya," katanya dalam acara Diskusi Publik menjelang pelaksanaan Konfercab NU Kabupaten Pekalongan, dengan tema Optimalisasi Peranan NU dalam Pembangunan Masyarakat Kabupaten Pekalongan di Aula NU, Sabtu (28/4).

Tradisi baru tersebut, kata kiai asal Wonopringgo itu, bisa dimaknai sebagai peringatan dari para ulama mengenai adanya ancaman perpecahan NKRI. Untuk itu, para ulama mengobarkan semangat cinta Tanah Air agar hal yang dikhawatirkan tidak terjadi. 

"Saya mencurigai ada sebuah gerakan yang hendak memutus hubungan antara ulama dan santrinya. Sebab apabila jaringan hubungan ulama dan santri bisa diputus, maka Indonesia mudah dipecah," tandasnya.

Anggota Komisi VIII DPR RI dari Fraksi PKB, Bisri Romly pada kesempatan reses atau menghadiri pertemuan tersebut menyampaikan, saat ini di parlemen tengah digodok sebuah RUU Pondok Pesantren dan Madrasah. 

Untuk itu, ia mengharapkan masukan dan saran NU dan pesantren NU untuk kesempurnaan rancangan undang undang tersebut. 

Dia juga menyampaikan terdapat enam urusan yang diurusi oleh pemerintah daerah, seperti politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional, selanjutnya adalah agama. (Muiz)