Nasional HARLAH KE-55 PMII

PMII Lahir dari NU untuk Jawab Tantangan Zaman

Sab, 18 April 2015 | 13:01 WIB

Jakarta, NU Online
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia merupakan organisasi kemahasiswaan yang lahir dari rahim NU. Lima puluh lima tahun silam, tepatnya pada 17 April 1960 di Surabaya, organisasi mahasiswa ini lahir untuk menjawab tantangan zaman.
<>
Saat itu, hasrat kuat para mahasiswa NU untuk mendirikan organisasi mahasiswa berideologi Ahlusssunnah Wal Jamaah tak lagi terbendung.

Sebelum PMII lahir, muncul gagasan legalisasi organisasi mahasiswa NU secara masif. Gagasan tersebut mencapai puncaknya pada Konferensi Besar (Konbes) ke-1 IPNU di Kaliurang, Yogyakarta, yang dihelat pada 14-17 Maret 1960. Forum tersebut kemudian melahirkan keputusan perlunya pendirian organisasi mahasiswa NU secara khusus di perguruan tinggi.

Selain merumuskan pendirian organ mahasiswa, Konbes Kaliurang juga menunjuk 13 tokoh mahasiswa NU sebagai tim perumus pendirian organisasi. Yakni: 1) A Khalid Mawardi (Jakarta); 2) M Said Budairy (Jakarta); 3) M Sobich Ubaid (Jakarta); 4) Makmun Syukri (Bandung); 5) Hilman (Bandung); 6) Ismail Makki (Yogyakarta).

Lalu, 7) Munsif Nakhrowi (Yogyakarta). 8) Nuril Huda Suaidi (Surakarta); 9) Laily Mansyur (Surakarta); 10) Abdul Wahhab Jaelani (Semarang); 11) Hizbulloh Huda (Surabaya); 12) M Kholid Narbuko (Malang); dan 13) Ahmad Hussein (Makassar).

Hingga usianya yang ke-55, kepemimpinan PMII berganti. Hingga hari ini, telah ada 16 ketua umum. Adapun ketua umum pertama PMII bernama Mahbub Djunaedi (Periode 1960–1967). Pria kelahiran Jakarta, 27 Juli 1933, ini merupakan Ketua Umum PMII tiga periode: 1) periode 1960–1961, hasil Musyawarah Mahasiswa Nahdliyin pada saat PMII pertama kali didirikan di Surabaya, Jawa Timur; 2) Periode 1961-1963, hasil Kongres ke-1 PMII di Tawangmangu, Jawa Barat; dan 3) Periode 1963-1967, hasil Kongres ke-2 PMII di Kaliurang, Yogyakarta.

Setelah Mahbub Djunaidi tujuh tahun memimpin PMII, Muhammad Zamroni (Periode 1967-1973) menggantikannya. Zamroni yang lahir di Kudus/Jepara, 10 Agustus 1935, ini merupakan Ketua Umum PMII dua periode: 1) periode 1967-1970, hasil Kongres ke-3 PMII di Malang, Jawa Timur; 2) periode 1970-1973, hasil Kongres ke-4 PMII di Makasar, Sulawesi Selatan.

Pada masa kepemimpinan Zamroni yang kedua, PMII menyatakan diri “independen” dari NU. Deklarasi independen tersebut dicetuskan di Mubes ke-2 di Murnajati, Lawang, Malang pada 1972. Saat kepemimpinan Zamroni inilah PMII berkembang pesat sekali terutama jika diukur dari segi banyaknya cabang yang ada. Tidak kurang dari 120 cabang hidup di seantero Republik. Suatu prestasi yang belum pernah terjadi sebelumnya dan sangat sulit terulang kembali hingga hari ini.

Berikut ini masa kepemimpinan PMII berikutnya: 3) Abduh Paddare (Periode 1973-1977, hasil Kongres ke-5 PMII di Ciloto, Jawa Barat); 4) Ahmad Bagja (Periode 1977-1981); 5) Muhyiddin Arubusman (Periode 1981-1984); 6) Suryadharma Ali (Periode 1985-1988, hasil Kongres ke-8 PMII di Bandung, Jawa Barat; 7) Muhammad Iqbal Assegaf (Periode 1988-1991, hasil Kongres ke-9 PMII di Asrama Haji Sukolilo Surabaya, Jawa Timur).

Kemudian, 8) Ali Masykur Musa (Periode 1991-1994, hasil Kongres ke-10 PMII di Asrama Haji Pondok Gede Jakarta); 9) A Muhaimin Iskandar (Periode 1994-1997, hasil Kongres ke-11 PMII di Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur); 10) Syaiful Bahri Anshori (Periode 1997-2000, hasil Kongres ke-12 PMII di Asrama Haji Sukolilo Surabaya, Jawa Timur, 1-5 Desember 1997); 11) Nusron Wahid (Periode 2000-2003, hasil Kongres ke-13 PMII di Medan, Sumatera Utara).

Lalu, 12) A Malik Haramain (Periode 2003-2005, hasil Kongres ke-14 PMII di Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur); 13) Herry Heryanto Azzumi (Periode 2005-2008, hasil Kongres ke-15 PMII di Bogor, Jawa Barat); 14) Muhammad Rodli Kaelani (2008-2011); 15) Addin Jauharuddin (2011-2014); dan 16) Aminuddin Ma'ruf (2014-sekarang).

Di tangan Aminuddin, PMII kini dihadapkan pada sebuah pilihan: kembali (dependen) ke induk NU sebagai badan otonom atau keukeuh memegang amanat independensi Deklarasi Murnajati 1972. Apapun pilihannya, Muktamar NU di Jombang Agustus 2015 merupakan tenggat waktu terakhir bagi PMII untuk kembali sebagai banom NU. (Musthofa Asrori/Abdullah Alawi)