Pada acara yang berlangsung di Gedung PBNU, Jalan Kramat Raya 164 Jakarta Pusat, Kiai Said menambahkan, NU Online mengemban amanat yang mulia dan berat, yaitu mengembangkan dan terus memperluas jaringan NU.
Kiai Said mengibaratkan amanat NU Online sama beratnya dengan amanat dari Allah Swt yang diemban oleh umat manusia. Sebelum manusia menerima amanat dari Allah, Allah telah menawarkan kepada langit, bumi, dan gunung.
"Manusia menerima tanpa ragu-ragu. Amanat (NU Online) untuk menyampaikan kalimatul haq, berani mengatakanĀ 'ya'Ā jika menghadapi kebenaran. Dan mengatakanĀ 'tidak'Ā kepada kebatilan, walaupun orang lain tidak sanggup," kata Kiai Said.
Dengan demikian,Ā NU Online wajib memberitakan kebenaran. Jikapun banyak pihak yang kontra, selama itu benar, harus yakin akan menang.
Oleh karena itu, untuk mewujudkan kebenaran, NU Online diminta harus proporsional dan profesional. Seperti kitab disebutkan dalam kitab suci Al-Qurāan sebagai kebenaran. Sebaliknya, jangan ikut campur ke dalam wilayah yang tidak mengerti, karena bisa menjadi kesalahan.
"Karena semua yang bertindak, diminta bertanggung jawab atas sikap, tujuan, dan ucapan," kata Kiai Said dalam kegiatan yang dikemas secara sederhana.
Hal kedua yang perlu dilakukan NU Online, lanjut Kiai Said adalah terus menjalin jaringan. Tujuannya agar NU Online mampu membangun teamworkingĀ dan bisaĀ bermitra dengan semua pihak.
Berikutnya, transparansi. Pengasuh Pesantren Luhur Al-Tsaqafah Ciganjur Jakarta Selatan ini menyebutkan, transparansi menjadi kunci di era teknologi seperti saat ini. NU Online harus transparan memberitakan ajaran-ajaran Islam yang tawassuth dan tasamuh.
Termasuk dalam hal transparan, kata Kiai Said, adalah NU Online harus memberitakan profil tokoh-tokoh nasional yang sebenarnya belatar NU atau santri.
"Harus diangkat setinggi tingginya. (Misalnya) Yang punya ide Sumpah Pemuda adalah Mr Sunaryo yang menjadi Menteri Agraria, lalu rektor IAIN Yogyakarta tahunĀ 1962. Itu orang NU,"Ā papar Kiai Said.
Perlu diungkapkan juga, lanjut Kiai Said, tokoh Dulkhamid yang menulis kitab Fathul Qarib memakaiĀ tangan, pernah nyantri di TegalrejoĀ MagelangĀ Jawa Tengah. Tokoh tersebut adalah murid dari Kiai Nur Muhammad Yogyakarta.
Pewarta: Kendi Setiawan
Terpopuler
1
Hasil Sidang Sengketa Pilpres 2024: Seluruh Permohonan Anies-Muhaimin Ditolak MK
2
Ini Profil Delapan Hakim MK yang Putuskan Sengketa Pilpres 2024
3
Apa Itu Dissenting Opinion dan Siapa Saja Hakim yang Pernah Melakukannya?
4
Sidang Putusan MK, Berikut Petitum Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud
5
Lolos Perempat Final Piala Asia U-23, Lawan Berat Menanti Timnas Indonesia
6
Terkait Hasil Pemilu, PBNU Serukan Patuhi Putusan Mahkamah Konstitusi
Terkini
Lihat Semua