Semarang, NU Online
Untuk pertama kalinya, sebuah ajang pertarungan bela diri tradisional pencak dor akan digelar oleh organisasi Pencak Silat Nahdlatul Ulama (PSNU) Pagar Nusa. Didukung anggota Gerakan Aksi Silat Muslimin Indonesia (GASMI), Pengurus Cabang PSNU Pagar Nusa Kota Semarang, Ahad (27/1) pencak dor dilangsungkan di Lapangan Olahraga Mangkang, Kecamatan Tugu, Semarang.
Ketua PSNU Pagar Nusa Kota Semarang Lukman Muhajir menerangkan, pagelaran spesial itu dibuat untuk memeriahkan hari lahir (Harlah) ke-33 Pagar Nusa. Pihaknya mendapat masukan dari banyak anggotanya agar membuat acara keramaian yang bertujuan memasyarakatkan pencak silat.
"Olahraga bela diri asli Indonesia ini harus menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Jangan sampai kalah populer dengan bela diri impor," tuturnya dalam rapat akhir di Kantor Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Semarang, di Jl Puspogiwang I/47 Semarang Barat, Sabtu (26/1).
Pencak Dor adalah ajang adu kemampuan perncak antar pesilat yang tidak resmi, lebih sebagai acara budaya. Ada perbedaan antara pencak dor dengan model pertandingan resmi IPSI di mana pesilat harus memakai alat pelindung tubuh (body protector); waktunya diatur ketat maksimal tiga babak. Selain itu larangannya juga banyak seperti dilarang memukul kepala, dilarang menendang kemaluan, dilarang membanting bila lawan mampu merangkul, dilarang menjambak, dan sebagainya.
Sedangkan di pencak dor, tanpa body protector, dan tidak dibatasi waktu. Asal pesilat masih mampu melawan, pertarungan dilanjutkan. Wasit hanya memisah bila terjadi pergulatan lama, atau ada suasana emosional. Duel dihentikan apabila pesilat sudah menyerah, atau ada yang tampak kelelahan atau terluka.
Arena duelnya hanya panggung dengan lantai kayu yang dilambari karpet, lalu dibatasi dengan ring persegi dari bahan bambu. Untuk meminamilir potensi luka, pihak pihaknya melambari lantai dengan matras standar IPSI.
"Prinsip pencak dor adalah risiko ditanggung sendiri. Tidak boleh emosi, dan tidak boleh ada dendam. Di atas panggung lawan, di bawah kawan. Panggung kami tambahi matras agar mengurangi resiko ketika ada bantingan," ujar Lukman.
Di Jawa Tengah, Pencak Dor ini belum populer. Bahkan masih langka. Sebab model pertarungan 'agak bebas' ini dikenal sebagai budaya persilatan Jawa Timuran. Di pondok-pondok pesantren atau padepokan silat di Jawa Timur, setiap tahun diadakan pencak dor untuk meramaian acara ulang tahun atau Hari Besar Islam.
Ketua Panitia Pencak Dor Kota Semarang Sulistya mengatakan, animo pegiat silat Semarang sangat besar. Pihaknya terpaksa membatasi maksimal 100 peserta yang diterima.
“Rupanya event yang pertama ada ini sudah viral di media sosial. Pendaftarnya membludak sebelum kami selesai membuat panggung. Terpaksa kami batasi 100 orang dan khusus untuk anggota Pagar Nusa,” kata dia.
Sulis berharap kegaiatan ini bisa diselenggarakan tiap tahun dengan lebih banyak peserta.
Sebelum pencak dor pada jam 13.00, pada pagi hari diadakan wisuda atau pelantikan anggota baru Pagar Nusa yang telah mendapat pengesahan atas pelajaran dasar pencak silat.
Tokoh kharismatik Mangkang yang juga menjadi Syuriyah PWNU Jawa Tengah, Kiai Ahmad Hadlor Ihsan dijadwalkan mengisi mauidhoh hasanah. Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi dan Ketua Dewan Khos Pagar Nusa Kota Semarang Abah Hendro Syufaat dijadwalkan memberikan sambutan.
“Kami perkirakan penonton akan mencapai ribuan orang. Maka kami pun menyediakan stan untuk berjualan. Sila hubungi panitia untuk mendapat pelayanan," pungkasnya. (Ida Misbah/Kendi Setiawan)