Nasional

Pertahankan Gen Bhinneka dan Moderat Warisan Leluhur Bangsa Indonesia

Ahad, 8 Oktober 2023 | 23:00 WIB

Pertahankan Gen Bhinneka dan Moderat Warisan Leluhur Bangsa Indonesia

Ketua PBNU Prof H Mohammad Mukri mengungkapkan bahwa kebhinnekaan dan sikap moderat adalah yang telah diwariskan oleh nenek moyang bangsa Indonesia. (Foto: Tangkapan layar Youtube Pondok Kedung)

Surabaya, NU Online
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Prof H Mohammad Mukri mengungkapkan bahwa kebhinnekaan dan sikap moderat merupakan gen yang telah diwariskan oleh nenek moyang bangsa Indonesia. Hal ini terbukti dari keragaman yang ada di Nusantara sejak zaman kerajaan yang menjadi warisan luhur bangsa Indonesia.


"​​​​Sejak dari dulu sebelum Indonesia lahir, Nusantara ini sudah beragam dan mengedepankan sikap moderat, saling menghormati terhadap keragaman yang ada," ungkapnya saat Ngaji Revolusi Mental yang digelar PBNU bekerja sama dengan Kementerian Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK), di Pondok Pesantren Miftachussunnah, Kedungtarukan, Surabaya, Jawa Timur, Ahad (8/10/2023).


Rektor Universitas NU Blitar ini mengungkapkan bahwa tidak ada negara di dunia yang memiliki keragaman seperti Indonesia. Namun di tengah keragaman yang ada ini, bangsa Indonesia sejak dulu bisa rukun dan dapat bersatu mewujudkan negara Kesatuan Republik Indonesia. NKRI lanjutnya adalah kesepakatan para pendahulu bangsa yang tidak boleh dikhianati dan menjadi solusi dari kebhinnekaan yang ada.

 

"NKRI ini seperti tali yang menyatukan keragaman yang ada di Indonesia. Maka filosofi tali ini juga dituangkan dalam logo NU," ujar Prof Mukri pada acara yang dihadiri oleh Rais ‘Aam PBNU KH KH Miftachul Akhyar ini.


Tali ini juga jelasnya, telah diisyaratkan oleh Al-Qur’an dalam surat Ali Imran ayat 103 yang artinya, "Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai." Sehingga, persatuan memegang  tali bersama-sama dalam konteks ke-Indonesia-an menjadi kunci dalam kebersamaan di tengah perbedaan yang menjadi sunnatullah.


Dalam lanjutan ayat Al-Qur’an tersebut juga dikisahkan bagaimana orang-orang terdahulu sebelum Nabi Muhammad selalu bertengkar dan kemudian dilembutkan hatinya sehingga bisa menikmati manisnya persahabatan dan kebersamaan. Dengan kebersamaan ini menurutnya akan menumbuhkan kebahagiaan pada setiap individu yang akan memotivasi terselenggaranya kebaikan dan kemaslahatan.

 

"Islam sangat mementingkan persatuan dan saling menolong, sebagaimana diamanahkan KH Hasyim Asy'ari dalam Qanun Asasi Nahdlatul Ulama dan Risalah Ahlussunnah waljamaah. Ini merupakan modal kita menuju masa depan yang lebih baik," bebernya sebagaimana dalam tayangan video Pondok Kedung.


Terlebih saat ini sedang terjadi apa yang ia sebut sebagai ‘turbulensi’ sosial akibat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Di satu sisi, perubahan ini menjadi sebuah berkah karena kehidupan semakin mudah, namun di sisi lain, bisa membuat susah karena pergeseran-pergeseran nilai yang terjadi di masyarakat.


"Saatnya kembali menumbuhkan dan menguatkan gen nenek moyang Indonesia yakni kebhinnekaan dan sikap moderat agar disrupsi zaman yang terjadi saat ini tidak berdampak pada persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia,” pungkasnya.