Penjelasan tentang Nuzulul Qur’an dan Lailatul Qadar
NU Online · Jumat, 7 April 2023 | 14:15 WIB
Aru Lego Triono
Penulis
Jakarta, NU Online
Sebagian besar masyarakat Muslim Indonesia bersuka cita menyambut malam ke-17 Ramadhan, karena pada malam ini diyakini sebagai sejarah peristiwa pertama kali Al-Qur’an diturunkan atau disebut Nuzulul Qur’an. Layaknya hari-hari besar keagamaan yang lain, acara seremoni peringatan malam Nuzulul Qur’an digelar dengan berbagai cara, di masjid dan mushala.
Di sisi lain, Allah menjelaskan bahwa Al-Qur’an diturunkan pada momentum Lailatul Qadar. Sebuah malam yang istimewa bagi umat Islam karena lebih baik dari seribu bulan. Sementara pendapat paling populer mengatakan, Lailatul Qadar akan terjadi di sepuluh hari terakhir Ramadhan, terutama di malam-malam ganjil.
Lalu bagaimana perbedaan antara Nuzulul Qur’an dan Lailatul Qadar? Di dalam artikel NU Online berjudul ‘Perbedaan Nuzulul Qur’an dan Lailatul Qadar’, Dewan Pembina Pesantren Raudlatul Quran Arjawinangun Cirebon Ustadz M Mubasysyarum Bih memaparkan pendapat para mufasir mengenai dua peristiwa itu.
Baca Juga
Ini Cara Mudah Dapatkan Lailatul Qadar
Mengacu pada pendapat beberapa pakar tafsir, Al-Qur’an diturunkan dalam dua kali proses. Pertama, diturunkan secara keseluruhan. Kedua, diturunkan secara bertahap. Sebelum diterima Nabi di bumi, Allah terlebih dulu menurunkannya secara menyeluruh di langit dunia, dikumpulkan jadi satu di Baitul Izzah.
Selanjutnya malaikat Jibril menurunkannya kepada Nabi di bumi secara berangsur, ayat demi ayat, di waktu yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan selama dua puluh tahun, pendapat lain dua puluh satu tahun.
Pakar Sejarah Nabi, Syekh Muhammad Al-Khudlari Bik menjelaskan bahwa wahyu pertama kali turun (surat Al-Alaq ayat 1-5) saat Nabi menginjak usia matang yaitu pada 40 tahun. Ketika itu, Allah mengutusnya untuk alam semesta seraya menggembirakan dan memperingatkan untuk mengeluarkan mereka dari gelapnya kebodohan menuju cahaya ilmu.
“Demikian itu terjadi di awal bulan Februari tahun 610 Masehi seperti yang dijelaskan Syekh Mahmud Basya sang pakar astronomi. Namun setelah penelitian yang cermat, telah jelas bahwa peristiwa itu terjadi pada tanggal 17 Ramadhan, 13 tahun sebelum hijrah, bertepatan dengan bulan Juli tahun 610 Masehi,” kata Syekh Muhammad Al-Khudlari Bik dalam kitab Nurul Yaqin fi Sirati Sayyidul Mursalin.
Baca Juga
Keutamaan-keutamaan Lailatul Qadar
Sementara itu, Syekh Abu Ja’far Muhammad bin Jarir al-Thabari menjelaskan bahwa Al-Qur’an diturunkan pada 24 Ramadhan. Hal ini berdasarkan hadits Nabi yang ditulisnya di dalam Kitab Jami’ al-Bayan ‘an Ta’wili Ayil Quran atau Tafsir al-Thabari.
“Bercerita kepadaku Ahmad bin Manshur, ia berkata, bercerita kepadaku Abdullah bin Raja’, ia berkata, bercerita kepadaku Imran al-Qatthan dari Qatadah dari Ibnu Abil Malih dari Watsilah dari Nabi, beliau bersabda; lembaran-lembaran Nabi Ibrahim turun pada awal bulan Ramadhan, Taurat diturunkan pada 6 Ramadhan, Injil diturunkan pada 13 Ramadhan, Al-Qur’an diturunkan pada 24 Ramadhan.”
Ustadz Mubasysyarum menjelaskan, peringatan Nuzulul Qur'an yang populer di Indonesia mengacu pada sejarah pertama kali turunnya Al-Qur’an dalam proses kedua, yaitu dari Baitul Izzah kepada Nabi di bumi.
Perbedaan pendapat mengenai kapan wahyu pertama turun memang tidak bisa dihindari. Selain tanggal 17 Ramadhan ada pula yang berpendapat terjadi tanggal 7, 8, dan 21 Ramadhan. Bahkan beberapa pendapat ada yang menyebut bukan di bulan Ramadhan.
Namun, perayaan Nuzulul Qur'an pada 17 Ramadhan yang telah turun-temurun terlaksana tanpa ada pengingkaran dari para ulama, setidaknya memiliki pembenaran dari sudut pandang sejarah menurut satu versi.
Oleh karenanya, Ustadz Mubasysyarum mengingatkan umat Islam agar tidak perlu fanatik secara berlebihan dengan menyalahkan pihak yang berbeda dengan pendapat yang diyakini. Sebab siapa pun boleh merayakan Nuzulul Qur'an pada selain tanggal 17 Ramadhan dengan tetap menghormati pendapat lain yang berbeda.
Pewarta: Aru Lego Triono
Editor: Aiz Luthfi
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Mempertahankan Spirit Kurban dan Haji Pasca-Idul Adha
2
Ketum PBNU Buka Suara soal Polemik Tambang di Raja Ampat, Singgung Keterlibatan Gus Fahrur
3
Jamaah Haji yang Sakit Boleh Ajukan Pulang Lebih Awal ke Tanah Air
4
Rais 'Aam dan Ketua Umum PBNU Akan Lantik JATMAN masa khidmah 2025-2030
5
Khutbah Jumat: Meningkatkan Kualitas Ibadah Harian di Tengah Kesibukan
6
Khutbah Jumat: Menyatukan Hati, Membangun Kerukunan Keluarga Menuju Hidup Bahagia
Terkini
Lihat Semua