Nasional

Penjelasan Kenapa Gerhana Bulan Total Berwarna Merah

Sel, 25 Mei 2021 | 13:45 WIB

Penjelasan Kenapa Gerhana Bulan Total Berwarna Merah

Ilustrasi super blood moon (gerhana bulan total). (Foto: NU Online)

Jakarta, NU Online

Warna merah dari Gerhana Bulan Total (GBT) telah membuat banyak orang dalam beberapa tahun terakhir menyebut Gerhana Bulan Total sebagai Blood Moon. Gerhana Bulan Total (GBT) dilaporkan akan terjadi pada Rabu (26/5/2021). Bulan akan tampak kemerahan pada saat puncak fenomena langit atau astronomi itu.


Kepala Pusat Seismologi Teknik, Geofisika Potensial dan Tanda Waktu BMKG, Rahmat Triyono mengatakan Gerhana Bulan Total terjadi saat posisi Matahari-Bumi-Bulan sejajar.


“Hal ini membuat Bulan masuk ke umbra Bumi. Akibatnya, saat fase totalitas gerhana terjadi Bulan akan terlihat kemerahan,” ujar Rahmat Triyono dilansir bmkg.go.id.


Pada fase totalitas, fenomena optis skala raksasa terjadi, yaitu bagian Bulan yang 'tergerhanai' yang pada awalnya gelap akan menjadi kemerahan. Hal itu disebut terjadi karena ada sebagian kecil cahaya kemerahan dari Matahari yang dibiaskan oleh atmosfer Bumi hingga sampai ke permukaan Bulan.

 


Dari permukaan Bulan, cahaya itu kemudian dipantulkan kembali ke arah Bumi, sehingga penampakan Bulan pada fase totalitas akan terlihat kemerahan.


Sementara itu, Humas Observatorium Bosscha Yatny Yulianty mengatakan, saat Gerhana Bulan Total 26 Mei, Bulan mulai memasuki bayangan umbra Bumi pukul 16.44 WIB. Saat itu, hanya wilayah Indonesia timur saja yang dapat


Seiring dengan masuknya Bulan pada bayangan umbra Bumi, bayangan hitam mulai muncul di permukaan Bulan sehingga bulan purnama akan tampak berubah bentuk menjadi bulan setengah, bulan sabit, kemudian pada fase totalnya Bulan akan terlihat kemerahan pukul 18.11 WIB hingga 18.25 WIB.


"Warna merah ini muncul karena cahaya matahari dihamburkan oleh debu dan molekul di atmosfer Bumi. Warna biru akan terhamburkan lebih kuat, sedangkan warna merah dapat lolos melewati atmosfer Bumi dan sampai ke permukaan Bulan," ujar Yatny dikutip CNN Indonesia.

 


Sebagian orang zaman dahulu kemudian menyebut GBT sebagai Blood Moon atau bulan merah-darah. Sebenarnya, kata Yatny, warna Bulan saat puncak gerhana tidak selalu sama. Bulan dapat berwarna merah-jingga, merah bata, merah kecoklatan, hingga merah gelap.


"Perbedaan warna ini bergantung pada banyaknya kandungan uap air, polutan udara hasil pembakaran atau asap pabrik/kendaraan bermotor, debu, dan abu letusan gunung berapi. Bulan akan tampak semakin gelap seiring dengan semakin banyaknya kandungan material tersebut," jelas dia.


Kemudian, pada pukul 19.52 WIB, Bulan meninggalkan umbra Bumi menuju bagian penumbra. Saat itu, Bulan akan kembali terlihat sebagai purnama yang redup karena pengaruh bayangan penumbra Bumi.


Baru pada pukul 20.49 WIB, Bulan tidak lagi berada di dalam bayangan Bumi dan gerhana bulan benar-benar berakhir. Bulan akan kembali tampak sebagai purnama yang terang seperti biasanya.


Pewarta: Fathoni Ahmad

Editor: Muchlishon