Nasional

Penjelasan Habib Ali Al-Jufri soal NU Takkan Goyah meski Diterpa Paham Radikal

Sab, 30 November 2019 | 15:00 WIB

Penjelasan Habib Ali Al-Jufri soal NU Takkan Goyah meski Diterpa Paham Radikal

Habib Ali Zainal Al-Jufri pada seminar internasional di Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Jakarta Timur, Sabtu (30/11). (Foto: Rohman Dwi Aji)

Jakarta,  NU Online
Ulama kharimastik Uni Emirat Arab Habib Ali Zainal Al-Jufri mengatakan organisasi Islam terbesar di dunia, Nahdlatul Ulama (NU) tidak akan goyah meski diterpa atau mendapat perlawanan dari kelompok berpaham radikal. Hal tersebut karena NU didirikan oleh ulama-ulama besar yang tidak diragukan lagi keilmuannya. 
 
Selain itu NU kerap mengajarkan umat agar cinta kepada Rasulullah dan menebarkan kasih sayang terhadap sesama.
 
"NU itu entitas yang memiliki sejarah panjang sebagai otoritas keagamaan di indonesia. Tidak akan mungkin goyah diterpa oleh derasnya arus pemahaman-pemahaman Islam radikal karena di NU banyak tokoh ulama," kata Habib Ali.
 
Ditemui usai menjadi pembicara utama pada seminar internasional yang diselenggarakan Universitas  Negeri Jakarta (UNJ) di Rawamangun, Jakarta Timur, Sabtu (30/11), Habib Ali mengatakan, sejak para pendirinya mendirikan organisasi NU, ada dasar kecintaan terhadap Rasulullah.
 
"Semangat keilmuan sehingga lahirlah berbagai lembaga pendidikan keagamaan," katanya.
 
Kebesaran dan eksistensi NU merupakan warisan besar dan berharga bagi umat Islam. Namun, kata Habib Ali, kebesaran NU juga merupakan beban bagi pengurus NU agar kelembagaan NU tetap efektif serta konsisten dengan cita-cita yang dirumuskan para pendiri NU.
 
"Kita bedoa semoga Allah memberikan taufik-Nya pada penyelenggara dan pengurus NU," harapnya. 
 
Sementara itu terkait ajaran Islam di Indonesia, ia menilai sudah benar berdasarkan ajaran imam mazhab dalam Islam. Bahkan, kata dia, Islam Indonesia adalah Islam yang utuh dan stabil. 
 
Ia mewanti-wanti agar umat Islam waspada, sebab belakangan telah banyak muncul kelompok yang ingin memecah belah umat Islam. "Sehingga berkembang pemikiran-pemikitan radikal,  tetapi pemahaman seperti itu tidak akan bertahan lama," ujarnya. 
 
 
Kontributor: Abdul Rahman Ahdori
Editor: Kendi Setiawan