Nasional

Pengamat Nilai Hoaks Ancam Proses Demokrasi

NU Online  ·  Kamis, 11 Oktober 2018 | 15:00 WIB

Jakarta, NU Online
Direktur Eksekutif Perjumpaan Pendidikan Pancasila dan Demokrasi (P3D), Syaiful Arif menyatakan bahwa keberadaan hoaks atau berita bohong mengancam jalannya demokrasi.

"Ya, tentu sangat mengancam sekali," kata Arif di Jakarta Pusat, Kamis (11/10).

Menurut Arif, dalam proses demokrasi dibutuhkan kejujuran. Demokrasi juga tidak membenarkan skenario politik yang menjatuhkan lawan politiknya. "Skenario politik yang menjatuhkan pihak lain itu bagian dari black campaign," kata Arif.

Arif mengatakan, hoaks yang berkembang pada akhir-akhir ini bisa menimbulkan perpecahan di masyarakat level bawah. Ia menyebut bahwa hoaks  yang terjadi akibat dorongan ujaran kebencian para elit politik.

"Permainan elit politik di dalam elit akhirnya berdampak pada pengerasan kutub-kutub di masyarakat yang semakin meruncing. Itu yang menjadi bahaya dari hoaks yang terjadi di ranah politik praktis," ucapnya.

Padahal, sambungnya, para elit politik harusnya menunjukkan prestasi yang baik ke masyarakat agar menarik simpati. Memberitahukan tentang kinerja baiknya selama memegang sebuah jabatan dan bukan sebaliknya, melakukan rekayasa dan intrik-intrik politik.

"Masyarakat kita sudah cerdas. Para elit politik seharusnya menunjukkan gagasan dan track record, baik kualitas kepribadian, gak punya rekam jejak yang buruk, misalnya pelanggar HAM, pernah korupsi, atau kinerja di dalam jabatan-jabatan yang pernah dipanggul. Udah itu aja ditunjukkan kepada masyarakat," jelasnya.

Menurut Arif, dalam proses demokrasi dibutuhkan kejujuran. Demokrasi juga tidak membenarkan skenario politik yang menjatuhkan pihak lain. "Skenario politik yang menjatuhkan pihak lain itu bagian dari black campaign," jelasnya. (Husni Sahal/Kendi Setiawan)