Pengakuan KH Nadhir Muhammad Perihal Kewalian KH R As'ad Syamsul Arifin
NU Online · Ahad, 4 Februari 2018 | 04:00 WIB
Jember, NU Online
Presiden RI Joko Widodo berkenan hadir pada peringatan haul KH Raden As'ad Syamsul Arifin, Sabtu (3/1). Kegiatan yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah, Situbondo Jawa Timur tersebut dihadiri ribaun warga dan simpatisan dari berbagai penjuru. Dan aura ketokohan Kiai As’ad demikian dirasakan.
Sebenarnya cukup
banyak cerita menarik tentang kelebihan Kiai As'ad yang juga ditetapkan
sebagai pahlawan nasional. Sejumlah kisah tersebut bisa menjadi ibrah dan
pencerahan bagi segenap anak bangsa. Pun cerita-cerita aneh yang
melingkupinya, dan terkadang susah dinalar tapi nyata. Sebuah lakon yang sering
menjadi ciri khas waliyullah.
Untuk mengenang
keteladanan Kiai As'ad, salah seorang santri Kiai As’ad, Ahmad Gholban
Aunir Rahman menulis testimoni ayahnya, KH Nadhir Muhammad.
KH Nadhir Muhammad dan
KH Yusuf Muhammad adalah kakak beradik yang sama-sama mondok dan menjadi santri
langsung Kiai As'ad. Dua keponakan KH Ahmad Shiddiq itu
adalah tokoh nasional yang banyak berdakwah melalui jalur politik.
Berikut ini,
catatan Gus Gholban, sapaan akrab Ahmad Gholban Aunir Rahman yang
disampaikan Sabtu (3/2) malam.
Saya belum pernah berjumpa dengan Kiai As'ad, tapi merasa dekat dan sayang kepada beliau melalui cerita indah nan hebat dari almarhum ayahanda H Nadhir Muhammad. Di bulan di mana beliau dinobatkan sebagai pahlawan nasional, ingin saya mengenangnya melalui cerita almarhum ayah;
Pertama, "Kiai As'ad itu kiai sakti nak," ungkapan ayah itu masih teringat jelas di benak saya. Kesaktian beliau terbukti saat almarhum ayah berkeinginan kuat melaksanakan haji namun belum memiliki bekal. Keinginan itu pun disampaikan kepada Kiai As'ad. Maka dengan serta merta Kiai As'ad memakaikan kopiyah putih ke ayah saya, sambil berucap "haji, haji". Dan alhamdulillah setelah itu ayah saya mendapat beasiswa kuliah S2 ke Baghdad dari Kiai Idham Khalid. Dan dari situ, ayah bisa menunaikan ibadah haji.
Kedua, "Nak, ketika
bapak ditahan tentara di Markas Kodim gara-gara menjadi Ketua Pemenangan Pemilu
PPP tahun 1982 dan Golkar kalah waktu itu, bapak mengamalkan wiridan
dari Kiai As'ad. Dan alhamdulillah selesai wiridan, langsung ada
telpon dari militer pusat supaya bapak dibebaskan."
Kalimat ini,
lebih tajam tertanam di benak saya. Pasalnya, saat itu saya, kata
ayah, ibu masih mengandung saya. Dan saya membayangkan betapa menderitanya ibu
jika mengandung dan melahirkan saya, sementara ayah meringkuk di
penjara. Alhamdulillah, berkat wiridan yang diberi Kiai As'ad, ayah
dibebaskan. Sebuah wiridan yang ketika saya
telusuri, ternyata berasal dari Syaikh Bahauddin An-Naqsyabandi.
Ketiga, yang
terakhir walau masih teramat banyak kenangan yang lain, dan ini menurut saya
yang paling penting. "Nak, ketika Pak Harto
memberi Kiai As'ad mobil sedan karena menerima azas
tunggal Pancasila, mobil itu tetap diterima untuk menjaga
hubungan baik. Tapi setelah itu mobil tersebut langsung
diberikan kepada orang lain."
Kata-kata ayah
tersebut menggambarkan bahwa Kiai As'ad sebagai kiai dan tokoh ikhlas
berjuang untuk rakyat Indonesia. Kiai As'ad menerima mobil untuk
menjaga hubungan baik antara NU dan pemerintah. Jadi, apa yang beliau
lakukan bukan karena materi, apalagi jabatan. Tapi karena
sayang kepada rakyat Indonesia. Ya, rasa sayang kepada sesama inilah
karakter wajib yang harus dimiliki seorang wali Allah, dalam tingkatan apapun
juga.
Gelar pahlawan nasional yang disematkan kepada Kiai As'ad pasti bukanlah yang dicari. Gelar tersebut tidak lain hanya busyra -kabar gembira- dari Allah, sebagaimana Syaikh ibn Athoillah Sakandari berhikmah, bahwa tanda amal seseorang diterima oleh Allah di akhirat adalah adanya "tanda gembira" di dunia. Gelar itu hanya salah satu pengingat dari Allah untuk rakyat Indonesia, bahwa Kiai As'ad memang memiliki tempat yang teramat mulia di sisi-Nya. (Aryudi A Razaq/Ibnu Nawawi)
Terpopuler
1
Taj Yasin Pimpin Upacara di Pati Gantikan Bupati Sudewo yang Sakit, Singgung Hak Angket DPRD
2
Targetkan 45 Ribu Sekolah, Kemendikdasmen Gandeng Mitra Pendidikan Implementasi Pembelajaran Mendalam dan AI
3
Peringatan HUT Ke-80 Kemerdekaan RI, Ketum PBNU Ajak Bangsa Teguhkan Persatuan
4
Kiai Miftach Jelaskan Anjuran Berserah Diri saat Alami Kesulitan
5
Tali Asih untuk Veteran, Cara LAZISNU Sidoarjo Peduli Pejuang Bangsa
6
Gerakan Wakaf untuk Pendidikan Islam, Langkah Strategis Wujudkan Kemandirian Perguruan Tinggi
Terkini
Lihat Semua