Nasional

Pemuda Merauke Serahkan Bantuan untuk Pidie Jaya melalui NU

NU Online  ·  Ahad, 18 Desember 2016 | 13:53 WIB

Jakarta, NU Online 
Para pemuda Kabupaten Merauke, Papua menyerahkan bantuan untuk korban bencana di Pidie Jaya, Aceh, melalui NU Care Lembaga Amil Zakat Infaq Shadaqah Nahdlatul Ulama. Penyerahan bantuan dilakukan di kantor Lazisnu, gedung PBNU, Jakarta pada Ahad (18/12) malam. Penyerahan diwakili Ketua Gerakan Pemuda Ansor Kabupaten Merauke Syamuhar M Zein ditemani Ketua Ikatan Muslim Marind Merauke Burhanudin M Zein dan tokoh Kristen Jermias M. Patty. Sumbangan diterima staf NU Care Lazisnu Nur Hasan. 

Bantuan tersebut digalang berbagai macam organisasi kepemudaan di Merauke. Di antara organisasi kepemudaan yang ikut pada aksi tersebut adalah Gerakan Mahaiswa Kristen Indonesia (GMKI), Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI), Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia (BKPRMI), Fatayat NU, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU), Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama, Himpunan Mahasiswa Islam, Pemuda Katolik, Gerakan Muda Kristen Indonesia (Gamki).

“Saya mewakili NU Care Lazisnu mengapresiasi GP Ansor Merauke bersama DPD KNPI Merauke yang telah menggerakkan pemuda melakukan donasi untuk saudara-saudara kita yang tertimpa musibah gempa di Pidie Jaya, Aceh,” kata Nur Hasan selepas menerima sumbangan sebesar 5 juta 12 ribu rupih tersebut. 

Menurut Nur Hasan, NU Care Lazisnu selama ini sudah menyalurkan sekitar 505 juta rupiah untuk korban bencana di Pidie Jaya. Bantuan tersebut diserahkan Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj kepada jaringan NU Care Lazisnu di lokasi bencana. 

Ia menambahkan, NU Care lazisnu masih membuka donasi untuk disalurkan ke daerah korban. NU Care Lazisnu akan menyalurkannya dengan cara berkoordinasi dengan Pcnu Pidie Jaya yang selama ini melakukan kerja sama.

“Kami bersama LPBINU telah menyalurkan bantuan makanan, peralatan shalat, obat-obatan,” katanya.

Menurut Burhanudin Zein, donasi tersebut adalah semangat kebinekaan dari pemuda-pemuda Merauke yang sudah tertanam sejak zaman nenek moyang. Semangat kebinekaan tersebut yang memandang orang lain tidak berdasarkan latar belakang agama, etnis, atau golongan. Ketika mendapatkan musibah di Aceh, pemuda Merauke mengulurkan tangan untuk membantu.  

Dalam hal kebinekaan, lanjut pendiri Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cabang Merauke tersebut, sehari-sehari dilakukan warga Merauke. Mereka menjunjung nilai-nilai kebersamaan tanpa membedakan agama dan etnis.

“Semangat saling membantu terhadap korban bencana alam, kami pemuda Merauke sesuai moto daerah kami, izakod kai, izakod bekai, satu hati satu tujuan,” ungkapnya. 

Dengan moto tersebut, kata salah seorang penasihat GP Merauke tersebut, orang-orang yang berada di perbatasan paling timur Indonesia merasa terhubung dengan warga di wilayah barat Indonesia, yang jauhnya ribuan km.

“Saya pikir ini semangat NKRI yang berada di daerah terpinggir, tapal batas NKRI,” tegasnya. 

Sementara Jermias M. Patty menegaskan, walaupun di Pidie Jaya mayoritas muslim, tapi warga Merauke tidak memandang latar belakang agama. Warga Merauke merasa bersaudara dengan Pidie Jaya yang kebetulan tertimpa musibah. Warga merauke diajari kbinekaan dan solidaritas, termasuk donasi tersebut. 

“Ini harus dipertahankan, tidak memandang dari agama apa, ketika yang lain mendapatkan musibah, maka saling membantu. Ini NKRI, NKRI dilahirkan oleh bermacam-macam agama dan golongan. Jika bencana terjadi di Merauke pasti daerah lain juga akan membantu tanpa melihat latar belakang agama,” jelas dosen hukum Universitas Musamus Merauke tersebut. 

Pria yang pernah aktif di Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia di Universitas Katolik Darma Cendekia Surabaya, Jawa Timur ini menambahkan, jika ada orang yang membantu masih melihat latar belakang orang yang dibantu, maka ia tidak dewasa. Apalagi hidup di NKRI yang pada kenyataannya berbeda-beda latar belakang. (Abdullah Alawi)