Nasional

Pemimpin Tidak Kompeten Muncul dari Parpol Pragmatis

NU Online  ·  Ahad, 11 Februari 2018 | 13:30 WIB

Pemimpin Tidak Kompeten Muncul dari Parpol Pragmatis

Diskusi Antara Rasionalitas Politik atau Oligarki-Feodalistik, Sabtu (10/2)

Jakarta, NU Online
Pengamat Pemilu Muhammad Yusuf Kosim mengatakan, seseorang dan sanak saudaranya yang memimpin sebuah pemerintahan tidak menjadi masalah selama mempunyai kompetensi. Namun, yang sering ditemukan ialah sebuah pemerintahan yang dipimpin oleh seorang yang tidak memenuhi kompetensi yang baik. 

Hal ini disampaikannya kepada NU Online di sela-sela Diskusi Publik Politik Indonesia: Antara Rasionalitas Politik atau Oligarki-Feodalistik di Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Sabtu (10/2). Diskusi tersebut diselenggarakan IKA PMII.

Lahirnya pemimpin yang tidak kompeten, menurut pria yang akrab disapa Yuko ini, di antaranya berawal dari tidak terjadinya rekruitmen yang baik oleh Partai Politik (Parpol) kepada calon kepala daerah.

“Artinya partai politik, ya pragmatis saja,” ujar pria yang juga menjabat Direktur Periskop Data ini.

Sementara setelah mereka berkuasa, katanya, mereka berhasrat mempertahankan kekuasaannya, yaitu dengan menjadikan keluarga atau saudara-saudaranya yang juga tidak kompeten untuk menggantikan kekuasaannya terus berlanjut.

“Karena kepala daerah yang ada di kita ini ibaratnya raja-raja kecil yang memiliki kekuasaan yang cukup besar. Mereka ingin terus berkuasa, dari mulai menguasai anggaran, penempatan staf hingga kekuasaan untuk mengeruk Sumber Daya Alam (SDA). Ini yang membikin ada sisi-sisi ekonomi di daerah yang ingin dipertahankan,” terangnya. 

Hal itu membuat demokrasi yang ada akan mengurangi calon-calon kepala daerah terbaik, yaitu orang-orang yang mempunyai kapasitas dan ingin mensejahterakan warga.

“Orang-orang yang baik, yang pintar, ingin melakukan kesejahteraan rakyat. Ini menjadi takut untuk berkontestasi dalam Pemilukada,” katanya. 

Selain Yuko, hadir juga tiga pembicara lainnya, Dosen Ekonomi Politik FEB UI  Abdillah Ahsan, Forum Komunikasi Generasi Muda Nahdlatul Ulama Kurnia Permana, Politikus PKB Yanuar Prihatin, dan Dosen FISIP UNAS Munandar Nugraha. (Husni Sahal/Kendi Setiawan)