Jakarta, NU OnlineÂ
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menandatangani nota kesepahaman dengan Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) di lantai 8, Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Kamis (21/12) sore.
Adapun bentuk kerja sama yang disepakati diantaranya, optimalisasi potensi kawasan pertanian, peternakan, perkebunan dan perikanan komunitas usaha produktif. Selain itu kedua belah pihak juga berkomitmen untuk meningkatkan produktivitas, harkat, derajat dan martabat petani, peternak dan nelayan.Â
Hadir pada forum ini, Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj, Ketua PBNU H Robikin Emhas, Ketua PBNU KH Abdul Manan Ghani, Ketua PBNU H Umar Syah, Bendahara Umum PBNU H Ing Bina Suhendra, serta Ketua Umum HKTI Jenderal Moeldoko.
Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj menilai bahwa kerja sama HKTI dengan PBNU ini sudah tepat. Karena menurutnya, mayoritas petani adalah warga Nahdliyin yang berbasis di pedesaan.Â
Menurut Kiai Said, kerja sama ini ingin mengangkat nasib petani agar lebih baik lagi. "Jangan sampai selalu dirugikan jadi objek para tengkulak untung besar, petani gigit jari, pas-pasan malah bahkan kadang-kadang kalau dihitung ya rugi," jelasnya.Â
Oleh karena itu, menurut kiai kelahiran Cirebon, Jawa Barat ini, berbagai pihak perlu memberikan perhatian dan uluran tangan untuk para petani.Â
Sementara itu, Ketua Umum HKTI, Moeldoko berharap dengan kesepakatan ini bisa langsung kerja sama dengan pesantren-pesantren di daerah melalui transfer teknologi. Sehingga, katanya, setelah para santri belajar dari pesantren dan pulang ke kampung halaman masing-masing, para santri tidak hanya mengabdi dalam hal keagamaan saja, tapi juga hubungan sesama masyarakat melalui wawasan pertanian. (Husni Sahal/Zunus)