Nasional

PBNU Sarankan Ada Dialog untuk Selesaikan Konflik Suriah

NU Online  ·  Selasa, 17 April 2018 | 12:36 WIB

PBNU Sarankan Ada Dialog untuk Selesaikan Konflik Suriah

ilustrasi porosjakarta.com

Jakarta, NU Online
Amerika Serikat (AS) melakukan serangan ke Suriah, hal ini dilakukan mengingat pengiriman rudal telah disetujui Presiden Donald Trump pada awal April lalu. Perang yang bermula antar warga itu kini meluas.

Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) H Marsudi Syuhud berharap kedatangan pihak ketiga itu tidak menjadi ajang perang baru.

“Saya harapkan untuk tidak jadi ajang peperangan baru oleh pihak-pihak ketiga,” katanya saat ditemui NU Online di gedung PBNU lantai 3, Jakarta, Selasa (17/4).

Lebih dari itu, PBNU menginginkan bangsa-bangsa yang dimotori PBB agar menjembatani perang dua kubu di Suriah bisa diredam.

Menurutnya, jangan malah meningkat konfliknya karena pengaruh dari luar. Artinya, pihak lain jangan sampai ikut perang di situ.

“Peran PBB (Perserikatan Bangsa-bangsa) inilah yang paling penting untuk bagaimana meredam konflik antara penduduk Syiria dengan Syiria,” ujarnya.

PBB harus bisa mengajak bangsa yang bertikai untuk bisa menyelesaikan dengan egaliter, bermartabat, dan manusiawi. Caranya, menurutnya dengan musyawarah, dialog antar faksi-faksi yang bertikai. Jangan malah menambah pihak dari luar dengan ikut-ikut bertikai di Suriah.

“Jadi mensponsori untuk bisa berdialog bermusyawarah secara bermartabat untuk penyelesaian konflik di Syiria atau bahkan di negara lain,” ujarnya.

Pengasuh Pondok Pesantren Ekonomi Darul Uchwah, Kedoya, Jakarta Barat itu juga meminta PBB agar meminimalisasi antar pihak mengangkat senjata di wilayah konflik itu.

Organisasi Kerjasama Islam (OKI) juga harus angkat bicara untuk mencarikan solusi terbaik meredakan konflik yang berkepanjangan ini. Negara-negara Islam harus menyuarakan kepada pihak-pihak yang bertikai atau bahkan ke dunia. Hal itu menurutnya akan mampu untuk umat Islam bisa duduk bersama. Maka OKI atau negara-negara yang bergabung dengannya hendaknya mengutamakan hal itu.

“Dialog itulah yang paling utama sesungguhnya,” pungkasnya. (Syakir NF/Muiz)