Nasional HARLAH KE-101 NU

Para Tokohnya Punya Pengaruh Baik di Negara Barat, NU Ditakdirkan Jadi Teladan Umat Manusia

Sen, 29 Januari 2024 | 21:00 WIB

Para Tokohnya Punya Pengaruh Baik di Negara Barat, NU Ditakdirkan Jadi Teladan Umat Manusia

H Muhammad Cholil dalam dalam Halaqah Nasional Strategi peradaban NU 2024 di Pesantren Al-Munawwir Krapyak, Bantul, DI Yogyakarta, Senin (29/1/2024). (Foto: tangkapan layar Youtube NU Online)

Yogyakarta, NU Online

COO Center For Shared Civilitation Values, North Carolina, USA, H Muhammad Cholil mempercayai bahwa Nahdlatul Ulama (NU) ditakdirkan menjadi teladan umat manusia secara keseluruhan, sehingga menjadi jalan keluar dari berbagai kesulitan dan krisis yang menghadang proses berjalananya peradaban modern saat ini.


"Insyaallah, kebangkitan Nahdlatul Ulama di kancah global akan membawa Islam yang rahmatan lil alamin (kasih sayang untuk seluruh alam) ke garis depan kesadaran umat manusia, dengan menawarkan jalan keluar dari berbagai kesulitan dan krisis yang menghadang peradaban modern kita," kata Cholil dalam Halaqah Nasional Strategi peradaban NU 2024 di Pesantren Al-Munawwir Krapyak, Bantul, DI Yogyakarta, Senin (29/1/2024).


Cholil mengatakan para tokoh NU memiliki pengaruh baik terhadap masyarakat di negara-negara Barat. Ia mengaku punya pengalaman menarik saat berkali-kali berkunjung ke Eropa dan Amerika bersama KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), KH Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus), dan KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya). 


"Selama bertahun-tahun saya bekerja sama dengan Bapak KH Abdurrahman Wahid yang dipandang oleh banyak orang di Barat sebagai pemimpin paling visioner dan Inspiratif di seluruh dunia Muslim. Pada masa kini, sosok seperti itu dapat dikatakan terdapat pada KH Mustofa Bisri dan KH Yahya Cholil Staquf," jelasnya.


Tidak hanya itu, Cholil juga bercerita bahwa pada 2014 silam, Gus Mus dan Gus Yahya telah mendirikan sebuah lembaga di kota asalnya yakni Winston-Salem, North Carolina, Amerika Serikat. Lembaga itu bernama Bait ar-Rahmah Ii Da'wah al-Islamiyyah Rahmatan lil Alamin. 


"Selama bertahun-tahun, Bait ar-Rahmah telah menarik perhatian para pembentuk opini di Barat, baik di bidang agama, pendidikan, pemerintahan, maupun media massa," jelasnya.


Tantangan NU di Negara-Negara Barat

Cholil mengungkapkan, tantangan-tantangan yang dihadapi dunia saat ini dan langkah-langkah nyata NU untuk mengatasi tantangan tersebut. Upaya-upaya itu, menurutnya, dapat dilihat dari sudut pandang masyarakat lain seperti Eropa, Amerika, India, dan Afrika. 


"Salah satu tantangan serius yang dihadapi oleh Nahdlatul Ulama adalah ketidaktahuan dunia Barat, termasuk para pengambil kebijakan, intelektual publik, jurnalis, dan masyarakatnya, mengenai peradaban Nusantara dan Nahdlatul Ulama itu sendiri," ungkapnya.


Selain disebabkan secara dominan oleh sikap egosentris Barat, Cholil menyatakan hal ini juga terkait dengan situasi geografi dan sejarah. Afrika Utara dan Timur Tengah terletak dekat dengan Eropa. Dengan demikian, bagi sebagian besar orang di Barat, Islam Identik dengan dunia Arab, atau dengan negara-negara yang sangat bermasalah seperti Afghanistan dan Pakistan. 


Bukan hanya dari faktor salah identifikasi, faktor lain yang membatasi kesadaran Barat terhadap Indonesia adalah warisan linguistik dari kolonialisme. Cholil menyatakan, berbeda dengan India, Malaysia, dan Singapura yang penduduknya fasih berbahasa Inggris, warisan kolonialisme Belanda di Indonesia menimbulkan hambatan bahasa.


"Pada gilirannya melahirkan tantangan yang signifikan terhadap komunikasi kita dengan dunia luar maupun kemampuan dunia dalam memahami dan mengapresiasi kebesaran Indonesia," terangnya.