Brebes, NU Online
Sejak diresmikannya Tol Cikopo-Palimanan (Cipali) tahun 2015 lalu kemudian dilanjutkan pembangunan tol Kanci-Pejagan, praktis para pengais rezeki di sepanjang jalan pantura (pantai utara) merasakan imbas sepi dari usahanya. Baik, dari para pedagang lapak di pinggir jalan, pedagang asongan, jasa toilet umum, bahkan POM bensin.
Nasib tragis ini semakin panjang seiring dengan pembangunan tol Pejagan-Brebes dan Brebes-Pemalang hingga Semarang yang berimbas kepada sepinya para pedagang oleh-oleh khas Brebes, telor asin dan bawang merah.
NU Online mencoba menelusuri jalan pantura Brebes untuk menangkap imbas fenomena jalan tol yang semakin panjang sejak dari Jakarta ini. Kondisi sepi tersebut terlihat di beberapa titik, baik di kedua sisi sepanjang jalan pantura, POM Bensin, rest area, dan toilet umum di beberapa tempat.
Para pengais rezeki di tempat-tempat tersebut mengakui beberapa hari menjelang Idul Fitri suasana ramai masih ada, tetapi tidak seramai ketika belum ada pembangunan tol. Itu juga ramai karena para pemudik yang menggunakan sepeda motor.
“Sekarang itungannya jalan tol dari Jakarta sudah sampai Semarang, gimana nggak sepi,” ujar Wirso dengan logat khas Brebes, pria penjaga toilet umum kepada NU Online, Senin (26/6).
Wirso mengungkapkan, pendapatannya turun drastis jika dibandingkan ketika para pemudik, baik yang menggunakan mobil dan sepeda motor masih melewati Pantura. Toliet umum yang ia buka tidak pernah sepi dari pagi hingga sore.
Kini ia mengakui bisa dihitung jari orang yang memakai jasa toilet umum, terutama setelah Lebaran. Meskipun pemudik pasca lebaran yang menggunakan mobil terlihat ramai dari keluar pintu tol Pejagan menuju Purwokerto dan Semarang.
Hal serupa dirasakan pria yang tidak mau disebut namanya, petugas POM Bensin di kawasan pantura Kecamatan Tanjung, Brebes. Pria tersebut mengatakan, pasca lebaran sehari atau H+1, jarang mobil yang mengisi BBM, kebanyakan sepeda motor.
Bahkan ia mengakui kondisi Brebes cukup sepi sejak beberapa tahun yang lalu, tepatnya sejak ada tol Pejagan dan tol Gringsing menuju Pemalang serta Semarang.
“Dampaknya juga ke para pedagang telor asin dan bawang merah. Mereka banyak yang tutup lapak dan pindah ke Tegal karena para pemudik kebanyakan keluar tol dari sana,” ungkapnya.
Kondisi ini juga terjadi di Jawa Barat sejak jalan tol Cipali difungsikan. Para pedagang musiman yang ramai-ramai membuka warung teduh di sepanjang jalan pantura merasakan trurun drastisnya pendapatan mereka.
Bahkan di awal-awal pengoperasian tol Cipali, mereka nekad membuka lapak dagangannya tepat di depan setiap pintu keluar tol. Petugas saat itu menoleransi karena tol masih pada tahap uji coba alias gratis.
Namun sekarang, para pengais rezeki itu harus kembali membuka lapak di pantura, di mana para pemudik yang menggunakan mobil pribadi lebih banyak yang memanfaatkan jalan tol ketimbang melewati jalan legenda para pemudik tersebut. (Fathoni)