Kudus, NU Online
Nabi Muhammad mengajarkan sikap ramah kepada setiap orang, termasuk kaum kafir sekalipun. Padahal Ā Al-Qurāan membolehkan menghabisi orang kafir bila mereka terlebih dahulu mengancam umat Islam, tetapi Nabi tidak melakukannya.Ā
<>
āBahkan, beliau mengajak orang kafir yang sudah kalah perang diajak masuk masjid. Dengan ramahnya Nabi memberi maaf kepada mereka,ā terang Mustasyar PBNU KH Syaāroni Ahmadi saat menerangkan ayat 21-25 Surat Al-Hadid Juz 27 dalam pengajian Tafsir Al Qurāan di Masjid al Aqsha Menara Kudus, Jawa Tengah, Kamis (25/7) pagi.
KH Syaāroni menerangkan sikap Nabi Muhammad yang tidak menggunakan kekerasan, tetapi memberi maaf kepada kaum kafir ini dibenarkan oleh Allah. Dengan demikian, keramahan Nabi Muhammad ini mendapat rahmat dari Allah.
āHanya diperbolehkan berbuat kekerasan bila orang kafir mendahului, tetapi jangan ditafsiri wajib dikerasi. Sebab, ada kelompok garis keras yang memahami ayat ini supaya wajib dengan kekerasan kepada mereka, ini keliru,ā terangnya lagi.
Pada penjelasan ayat lainnya, kiai yang akrab disapa Mbah syaāroni ini mengajak umat Islam selalu bersyukur atas nikmat (rizki) yang diterima. Manusia dilarang kikir mengeluarkan harta bendanya untuk kebaikan atau berinfak. Di samping itu, tidak perlu bersenang-senang kebablasan atas nikmat yang diterimanya supaya tidak susah di kemudian hari.
āOleh karenanya, nikmat (rizki) yang kita terima wajib syukur kepada Allah. Begitu juga pada saat menerima musibah. Kita harus bersabar supaya mendapat pahala,ā jelasnya.
Saat menjelaskan masalah rizki ini, Mbah Syaāroni menyinggung permasalahan kefakiran manusia. Dengan mengutip sebuah hadits kadal fakru an yakuuna kufron, ulama kharismatik itu menjelaskan kefakiran seseorang bisa mengakibatkan kekufuran.
āSiapapun saja termasuk kiai atau orang alim yang beribadah tekun, tetapi tidak memiliki harta misalnya, sangat bisa menjadi lupa kepada Allah. Sebab perkara yang membingungkan bisa menghabiskan akal, apalagi sudah berdoa siang malam tidak dikabulkan akan bisa menjadi kufur zindik (tidak percaya Allah),ā terangnya seraya menyitir sebuah nadhaman baādhul fudholaā.
Pengajian Tafsir Al Qurāan bersama KH Syaāroni ini sudah memasuki hari keempat belas sejak 3 Ramadhan lalu. Hingga Kamis padi tadi, ribuan jamaah masih memenuhi ruangan dan halaman parkir Komplek Masjid dan Makam Menara Kudus.
Redaktur Ā Ā : Abdullah AlawiĀ
Kontributor : Qomarul Adib
Terpopuler
1
PBNU Kembali Buka Beasiswa ke Maroko, Ini Ketentuan dan Cara Daftarnya
2
Sempat Alami Gangguan Jiwa karena Kecanduan Game, Pemuda KediriĀ Ini Hafal Al-Qur'an 30 Juz
3
Baca Doa Ini saat Lepas Keberangkatan Jamaah HajiĀ
4
NU Care-LAZISNU Purbalingga Berdayakan Ekonomi Seorang Guru Ngaji Penjual Dawet Ayu
5
Ketua LBM PBNU: Praktik Haji Ilegal Bertentangan dengan Susbtansi Syariat
6
KH Ali Mustafa Yaqub Tak Minder Jumlah Santri, Tapi Lebih Penting Kualitasnya
Terkini
Lihat Semua