Nasional

Musisi Lesbumi Ciptakan “Karena Engkau Muhammad” dan “Musyahadah Cinta”

NU Online  ·  Sabtu, 10 Juni 2017 | 21:02 WIB

Jakarta, NU Online 
Aktivis Lembaga Seni Budaya Muslim Indonesia (Lesbumi) PBNU menciptakan lagu “Karena Engkau Muhammad”. Menurut dia, lagu tersebut dipersembahkan kepada Nabi Muhammad Rasulullah sebagai wasilahnya untuk sampai kepada Allah.

“Sebab tidaklah mungkin aku akan mengenal siapa Tuhanku, jika bukan karena engkau, ya Muhammad,” katanya kepada NU Online di gedung PBNU, Jakarta, Sabtu (10/6).

Potongan lagu tersebut telah diunggah di YouTube https://www.youtube.com/watch?v=S7nSYXCY3c0&feature=youtu.be. Pada lirik tersebut menyebutkan bahwa Nabi Muhammad menunjukkan bagaimana cara menyembah Allah, mengajarkan mengerti rahman dan rahimnya Allah. 

Ia juga menciptkan lagu Musyahadah Cinta. Lagu itu menurut Sastro, menceritakan tentang perjalanan tauhid seorang hamba. Musyahadah dan munajatnya kepada Tuhan. 

“Dimana sebuah keniscayaan dalam mencari Tuhan, sebelum ia mengenal jati diri dalam fitrah sesungguhnya barulah ia akan menemukan begitu dekatnya Tuhan, bahkan melebihi cinta dan hidup itu sendiri man arafa nafsahu faqad arafa rabbahu menjadi inti awal permulaan lirik lagu ini,” katanya mengutip sebagian lirik lagu itu. 

Menurut Ketua Lesbumi PBNU KH AGus Sunyoto, nada dan lagu Sastro Adi adalah ungkapan “aku mencintaimu dan mengabdi kepada Allah”.

“Lirik lagu Karena Engkau Muhammad sangat luar biasa, inspirasi dari Musyahadah menuju Dia,” katanya ketika dihubungi NU Online, Ahad (11/6). 

Sastro Adi, menurut kiai  Suluk Abdul Jalil tujuh jilid dan puluhan buku lain tersebut, itu sangat paham tahapan laku ruhani yang harus dilewati setapak demi setapak. 

“Sastro memposisikan Muhammad SAW sebagai wasilah, perantara suci untuk mencapai Sang Pencipta, yaitu Dzat Wajibul Wujud yang bersabda kepada manusia melalui lisannya. Sastro Adi bisa digolongkan sebagai musisi sufi,” jelasnya. 

Ia berharap semoga rekaman lagu-lagu tersebut berjalan dengan sempurna untuk menghasilkan karya sufistik yang sakral di tengah dekadensi musik picisan yang profan dan berselera rendah. (Abdullah Alawi)