Jakarta, NU Online
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), mendapat kunjungan dari Kepala Staf Kepresidenan Indonesia Moeldoko, Senin (28/5). Kunjungan Moeldoko dalam rangka silaturahim dan memperkuat konsolidasi kebangsaan menyikapi problem-problem yang berkembang.
Kedatangan Moeldoko disambut langsung Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj yang didampingi Ketua KH Abdul Manan Ghani, Ketua PBNU H Eman Suryaman, Ketua H Hanief Saha Ghafur, Ketua H Robikin Emhas, Sekjen H Helmy Faisal Zaini, Bendahara Umum H Ing Bina Suhendra, Ketua RMI NU KH Abdul Ghaffar Rozin, Ketua Himpunan Pengusaha Nahdhiyin (HPN) H Abdul Kholik.
Pada pertemuan tersebut, kedua belah pihak membahas banyak hal, di antaranya tentang menjaga kerukunan antarwarga negara.
Kiai Said mengatakan bahwa Islam tidak membolehkan seseorang untuk menghina satu sama lain, apalagi menghina kepada Presiden yang merupakan simbol negara.
Kiai Said mengaku heran terhadap orang-orang yang suka menghina Presiden. "Saya heran kalau ada orang yang menghina Presiden," kata Kiai kelahiran Kempek, Cirebon, Jawa Barat itu.
Selain itu, mereka juga membahas rencana membangun kemitraan tentang pertanian yang merupakan basis Nahdliyin di desa. Hal itu untuk mempermudah segala yang diperlukan oleh petani, khususnya dan masyarakat umumnya.
Salah seorang Ketua PBNU Eman Suryaman menegaskan, pertanian merupakan tulang punggung atau mata pencarian warga NU di desa-desa. Namun, kondisi mereka kerap tercekik oleh harga hasil panen yang amat murah. Bahkan, hasil panen mereka tidak cukup untuk membayar utang pupuk.
“Upaya kerja sama ini untuk umat,” kata Eman kepada Moeldoko yang juga Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI).
Moeldoko pun menanggapi secara serius keinginan membangun kerja di bidang pertanian. Ia meminta agar pihak-pihak yang terkait langsung beraksi, bukan seremonial.
"Sinergi di bidang pertanian sangat penting, asal jangan hanya seremonial," ucap Moeldoko. (Husni Sahal/Fathoni)