Nasional

Menristekdikti dan Bupati Rembang Semangati Santri Pesantren Sarang

Sel, 25 September 2018 | 10:45 WIB

Rembang, NU Online
Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir dan Bupati Rembang Abdul Hafiz sowan ke Pengasuh Pondok Pesantren Al-Anwar, Sarang, KH Maimoen Zubair di kediamannya, di Sarang, Rembang, Jawa Tengah, Senin (24/9).
 
Di hadapan ribuan santri Al-Anwar, Nasir memotivasi agar tidak perlu berkecil hati menjadi santri. Sebab, dalam benaknya dulu sebagai santri di pesantren yang sama, tak pernah terlintas di pikirannya bakal menjadi seorang rektor universitas ternama di Indonesia, terlebih menteri.
 
"Saya ini nyantri di Sarang pada tahun 1973-1978 M. Saya dulu tidak pernah membayangkan bahwa saya ini akan menjadi menteri seperti sekarang ini,” katanya. Berikutnya dirinya menjadi rektor pertama yang mempunyai latar belakang santri di Universitas Diponegoro, Semarang, lanjutnya. 

“Di kemudian hari, tiba-tiba saja saya dihubungi pihak istana, diangkat menjadi menteri," jelasnya sebagaimana dikutip dari akun Instagram resmi Pondok Pesantren Al-Anwar Sarang, Rembang, @ppalanwar.sarang.
 
Terang saja, hal tersebut membuatnya terkejut, sebab dulu dalam pikirannya hanya mengaji. "Oleh karena itu, para santri janganlah berkecil hati di kemudian hari, karena, siapa tahu mungkin pemimpin Indonesia di masa depan nanti mempunyai latar belakang santri yang berjiwa nasionalis seperti yang dijelaskan Syaikhina Maimoen," urai Nasir.
 
Sementara itu, Abdul Hafiz menyampaikan bahwa stigma negatif terhadap santri merupakan opini yang menyakitkan baginya. Tak sedikit orang yang beranggapan santri jika selesai dari pesantren hanya menjadi modin. Opini tersebut ia jawab dengan bukti dirinya sebagai bupati.
 
"Buktinya saya menjadi bupati, Bapak Prof Muhammad Nasir ini juga menjadi menteri. Kan ini fakta (bahwa santri bisa menjadi apa saja)," tegas Hafiz.
 
Sebelumnya, KH Maimoen Zubair dalam sambutannya menjelaskan bahwa keduanya merupakan santri Pondok Pesantren Sarang yang pernah menempuh pendidikan di Madrasah Ghazaliyah Syafiiyah.
 
"Keduanya mencicipi pendidikan Madrasah Ghazaliyah," ujar Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) tersebut. (Syakir NF/Ibnu Nawawi)
Â