Nasional

Membangun Perdamaian dengan Menghindari Sumber Konflik

NU Online  ·  Selasa, 25 Juni 2019 | 03:00 WIB

Jakarta, NU Online
Bangsa Indonesia dapat mengisi pembangunan dengan damai. Diantaranya adalah dengan cara menghindari sifat-sifat intoleransi, kekerasan, dekadensi moral, potensi konflik, radikalisme, dan terorisme.

Demikian diutarakan oleh Sekretaris Jenderal Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemenkominfo) RI, Rosarita Niken Widastuti  dalam acara Nusantara Millenial Summit yang digelar oleh Pimpinan Pusat IPPNU, di The Media Hotel and Tower, Jakarta, Sabtu (22/6).

Menurutnya, tantangan di aspek teknologi informasi saat ini terus dihadapi oleh bangsa Indonesia. Terlebih, kini pengguna internet di Indonesia mencapai 171 juta jiwa atau sekitar 64 persen.

"Banyak hal positif yang bisa kita manfaatkan dari kemajuan teknologi informasi ini," katanya.

Namun, di era post-truth ini, berita-berita palsu yang beredar sangat luar biasa. Berdasarkan data Kemenkominfo RI yang dipaparkan Niken, pada Agustus 2018 lalu, penyebaran hoaks yang berkaitan dengan politik berjumlah 25 jenis.

"Tetapi sekarang, di bulan-bulan politik ini, hoaks sudah lebih dari 400 jenis. Sementara yang menyebarkan jumlahnya jutaan karena banyak hoaks yang disebarkan melalui robot," jelas Niken.

Ia menuturkan bahwa aktivitas di dunia maya sangat sibuk sekali. Informasi yang disebar melalui saluran facebook, selama satu menit, jumlahnya mencapai angka 3,3 juta. Sedangkan melalui saluran aplikasi WhatsApp, selama satu menit, sebanyak 29 juta.

Maka dalam sehari, penyebaran hoaks itu bisa mencapai ratusan juta bahkan miliaran informasi yang tersebar melalui media sosial. Pertanyaannya, berapa persen kontribusi IPPNU untuk memberikan informasi positif melalui media sosial.

Niken berharap dari pertemuan tersebut, nantinya kader-kader IPPNU mampu menjadi duta perdamaian di media sosial.

"Karena hoaks itu memang luar biasa sekali banyaknya. Tujuannya menghasut, menghina, membohongi, dan membodohi. Tapi yang terpenting, tujuan mereka adalah untuk menghancurkan kepercayaan terhadap data dan kebenaran," jelas Niken.

Ia menambahkan, pihak Kemenkominfo RI mempunyai sebuah sistem untuk mengetahui penyebaran hoaks yang beredar di media sosial. Yakni Artificial Intelligent System (AIS).

"Inilah sumber konflik yang berasal dari dunia maya yang akhirnya menjadi konflik di dunia nyata," ungkapnya.

Lalu bagaimana solusi supaya bangsa Indonesia dapat menghindari konflik yang setiap saat bangsa menghantui Indoensia? Menurut Niken, jika persoalannya adalah seputar ideologi maka masyarakat harus terus ditanamkan nilai-nilai Pancasila, kebangsaan, dan nasionalisme dengan format kekinian.

Namun kalau masalahnya adalah politik, maka harus ditingkatkan literasi atau edukasi mengenai politik kepada masyarakat. Terlebih, ada upaya dan kesadaran bersama untuk menangkal penyebaran hoaks di media sosial.

Tak hanya itu, Niken menuturkan bahwa untuk menghindari konflik, pemerintah pusat mesti meningkatkan pemerataan ekonomi, dan masyarakat senantiasa melestarikan budaya gotong royong. Kemudian, juga terus-menerus menumbuhkan rasa persaudaraan dan meningkatkan apresiasi terhadap budaya bangsa Indonesia.

Masalah budaya, kata Niken, dewasa ini banyak upaya yang dilakukan untuk menginfiltrasi budaya asing yang masuk ke Indonesia. Maka, harus terus digiatkan kegiatan bela negara.

"Maka, perdamaian menurut kami, Kemenkominfo, adalah jika masyarakat santun dalam penggunaan media sosial," pungkas Niken. (Aru Elgete/Aryudi AR).