Nasional

Media NU Harus Segera Lakukan Penggabungan Usaha

NU Online  ·  Rabu, 28 November 2018 | 01:15 WIB

Surabaya, NU Online
Tantangan zaman khususnya dalam soal bisnis demikian ketat. Kalau lambat dalam mengambil keputusan, maka yang terjadi bisa di luar perkiraan. 

“Banyak perusahaan yang gulung tikar karena lambat dalam mengambil keputusan,” kata KH Abdul Hakim Mahfudz, Selasa (27/11). Hal tersebut disampaikannya saat memberikan pengarahan pada rapat tatakelola unit bisnis media NU. Kegiatan diselenggarakan di kantor Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur.

Gus Kikin, sapaan akrabnya kemudian menjelaskan sejumlah perusahaan besar yang demikian menguasai bisnis pada zamannya. “Namun ketika lambat mengantisipasi keadaan yang demikian cepat berubah, maka perusahaan tersebut akhirnya bangkrut,” katanya.

Maka, apa yang harus dilakukan NU dalam waktu dekat? Yakni antara lain dengan menggabungkan seluruh usaha dalam bentuk perusahaan induk atau holding company. “Yakni adanya perusahaan yang menjadi perusahaan utama yang membawahi beberapa perusahaan yang tergabung ke dalam satu grup perusahaan,” ungkap kiai yang juga pengusaha pengeboran minyak ini.

Hal tersebut juga berlaku di NU yang memiliki sejumlah unit usaha media. “Kita punya media cetak, online, radio hingga televisi,” ungkapnya. Sudah saatnya seluruh perusahaan itu digabungkan dalam satu grup atau unifikasi agar bisa lebih cepat berkembang, lanjutnya.

“Unifikasi itu sudah menjadi kebutuhan yang tak terhindarkan,” kata pemilik televisi swasta ini. Dirinya kemudian mengemukakan sejumlah warung dengan aneka menu makanan yang akhirnya memilih untuk bergabung dalam satu menajemen.

Kelebihan unifikasi dalam bentuk holding company membuat perusahaan lekas berkembang. “Karena ada lembaga think tank yang fokus memikirkan pengembangan usaha, mengontrol mutu dan sejenisnya,” jelasnya.

Bisnis media yang dimiliki NU saat ini mungkin baik dan menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. “Tapi jangan sampai kita terlena dengan kondisi perusahaan yang baik, namun di ujungnya ternyata dikuasai pihak lain,” sergahnya.

Gus Kikin juga menceritakan perusahaan transportasi yang secara perkembangan bisnis demikian menjanjikan. “Namun akhirnya perusahaan ini tunduk di bawah kalangan yang memiliki sistem,” katanya memberikan tamsil.

Jangan sampai kondisi tersebut terjadi di perusahaan media NU. “Kita mengatakan media NU perkembangannya baik dengan laba yang demikian menggembirakan, namun pada saatnya dikuasai orang lain karena mereka memiliki sistem. Celakanya, kita tunduk dengan sistem mereka,” ungkap Gus Kikin.

Rapat dipimpin KH Salam Sochib dan dihadiri KH Abd A’la, KH Djazuli Noer dan sejumlah fungsionaris PWNU Jatim. Sedangkan dari media NU di Jatim hadir dari pimpinan Majalah Aula, Auleea, juga TV9. (Ibnu Nawawi)