Nasional

Masalah Palestina Tak Kunjung Usai, Ketum PBNU: Masyarakat Internasional Cacat Kemanusiaan

Rabu, 16 April 2025 | 16:00 WIB

Masalah Palestina Tak Kunjung Usai, Ketum PBNU: Masyarakat Internasional Cacat Kemanusiaan

Ketum PBNU Gus Yahya saat menghadiri Iftar Talk yang membahas masa depan Palestina di Hotel Arya Duta, Jakarta, pada 18 Maret 2025. (Foto: dok. NU Online/Suwitno)

Jakarta, NU Online

Ketua Umum (Ketum) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) membeberkan bahwa upaya menggabungkan kekuatan global untuk menolong bangsa Palestina dari penjajahan Israel perlu dilihat sebagai masalah kemanusiaan. Konsep kemanusiaan itu, kata Gus Yahya, dapat menjadi konsolidasi masyarakat internasional untuk menolong Palestina.


Lebih lanjut Gus Yahya menegaskan bahwa masyarakat internasional sedang cacat secara kemanusiaan karena masalah Palestina tak kunjung usai hingga kini.


"Palestina semacam etalase besar yang menjadi masalah kemanusiaan yang kita hadapi saat ini, menjadi semacam ikon dari cacat masyarakat internasional. Masyarakat internasional ini cacat secara kemanusiaan, buktinya ada masalah Palestina yang tidak terselesaikan sampai sekarang," katanya kepada NU Online di Lantai 3 Gedung PBNU, Jakan Kramat Raya 164, pada Selasa (15/4/2025) malam.


Gus Yahya menyinggung kecacatan kemanusiaan itu sebagai kegagalan dunia jika gagal menemukan solusi yang manusiawi bagi masalah-masalah akibat peperangan di Palestina.


"Selama ini saya selalu mengartikulasikan melihat masalah Palestina ini sebagai masalah kemanusiaan bukan sekadar masalah politik, bukan sekadar masalah kepentingan-kepentingan ekonomi dan militer," jelasnya.


Gus Yahya melihat saat ini masih ada peluang karena adanya solidaritas untuk Palestina yang terus bertumbuh dan membesar dari masa ke masa.


"Kenyataan bukan global solidarity (solidaritas dunia) yang besar, tapi kita lihat fenomenanya ini membesar. Dulu kan nggak kayak begini nih, solidaritas terhadap Palestina tidak sebesar sekarang dan kita melihat ini terus tumbuh, ini peluang," ungkapnya.


Gus Yahya menyadarkan seluruh pihak internasional bahwa tidak satu pihak pun yang akan mencapai pemenuhan kepentingannya secara aman tanpa memperjuangkan kepentingan bersama.


"Kalau ada pihak, misalnya Amerika, mengejar kepentingannya sendiri tapi kemudian melukai pihak lain maka ujungnya akan kembali menjadi sebagai masalah-masalah yang belum tentu dia bisa survive dari masalah yang menjadi konsekuensinya," kata Gus Yahya.


Gus Yahya menegaskan, pelanggaran kemanusiaan di Palestina sudah benyak menyakiti hati manusia lainnya. Tempat yang hancur di Gaza, katanya, sudah tidak dapat menjadi tempat hidup manusia. Namun, bangsa Palestina harus tetap menduduki tanah air mereka demi menjaga martabat bangsanya.


"Bagaimana dunia ini bisa menjamin bahwa bangsa Palestina dipastikan tidak akan kehilangan tanah air mereka? Sebagaimana yang selama ini dalam 70 tahun proses sejarah mereka sedikit demi sedikit semakin kehilangan tanah, kedaulatan mereka atas tanah air mereka," jelasnya.


Saat ini konflik Israel dan Palestina masih berlangsung. Terbaru, Hamas secara resmi menolak tawaran gencatan senjata yang diajukan Israel dengan menuntut pelucutan senjata. Hal tersebut disampaikan Sami Abu Zuhri, Pejabat Senior Hamas, sebagaimana dilansir Al Jazeera pada Selasa (15/4/2025).


Sementara itu, Israel membebaskan sembilan tawanan rakyat Palestina ke Gaza. Namun Koresponden Al Jazeera di Deir el-Balah menyebut bahwa dalam diri mereka terdapat tanda-tanda penyiksaan.


Israel telah mengeluarkan proposal gencatan senjata kepada mediator Mesir dan Qatar pada Senin (14/4/2025). Dalam proposal tersebut, ditawarkan 45 hari gencatan senjata sementara ditukar dengan pembebasan 11 tawanan yang masih ditahan di Gaza.