Nasional

Manajemen Logistik Kemanusiaan Dipelajari Relawan LPBI

Kam, 26 Oktober 2017 | 14:30 WIB

Pontianak, NU Online
Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBI NU) menggelar Pelatihan Manajemen Logistik Kemanusiaan, di gedung Asrama Haji Kota Pontianak, Kalimantan Barat, Selasa-Kamis, 24-26 Oktober 2017.

Pada hari kedua, Rabu (25/10) agenda pelatihan adalah wawancara dengan Deni Fikri, Direktur Utama Angkasa Pura Cargo Bandara Internasional Supadio Pontianak di Jalan Arteri Supadio, Kubu Raya.

Temmy Tanubrata pemateri dari KUEHNE Foundation mengatakan, kunjungan ke gudang Cargo Angkasa Pura di Bandara Internasional Supadio Pontianak untuk melengkapi kunjungan-kunjungan sebelumnya.

"Sebelumnya kami telah mengunjungi dua gudang Bulog di Jakarta dan Semarang, dilanjutkan dengan kunjungan ke pelabuhan di Surabaya,” kata Temmy. 

Menurutnya bandara sering menjadi simpul penting untuk proses penanggulangan bencana, mengingat banyaknya cargo-cargo bantuan kemanusiaan yang dikirim ke wilayah terdampak bencana melalui jalur udara, khususnya di negara Indonesia sebagai negara kepulauan.

"Keberadaan Kalimantan saat ini menunjukkan betapa pentingnya akses dan keterbukaan konektivitas antar berbagai pulau-pulau besar," jelasnya.

Kunjungan ke gudang Cargo Bandara Supadio Pontianak, juga agar seluruh peserta pelatihan dapat belajar serta mengetahui betapa kompleks dan menantangnya operasi penanganan Cargo di bandara.

Sementara itu, Iwan Agriawan, pemateri dari Pustral UGM mengatakan, betapa pentingnya setiap pelaku kebencanaan memahami struktur dari keseluruhan lantai pasok barang bantuan. Bisa jadi barang bantuan berasal hanya dari satu provinsi atau satu kabupaten, tetapi kadang kala bantuan datang dari dunia internasional.

“Nah, itu pentingnya kita memahami pintu-pintu masuk bantuan itu dari berbagai macam arah termasuk dari udara," paparnya.

Apabila bantuan datang melalui udara, mau tidak mau harus memanfaatkan informasi infrastruktur yang ada, seperti bandar udara atau lapangan terbang. Hal tersebut untuk mengetahui bagaimana barang bantuan bisa didatangkan ke lokasi bencana.

Deni Fikri, Direktur Utama Angkasa Pura Cargo Bandara Internasional Supadio Pontianak sangat mengapresiasi antusias para peserta relawan NU dalam mempelajari proses pengiriman melalui cargo udara. 

"Selama ini kita belum pernah mengirimkan bantuan kemanusiaan. Kemarin itu ada dari Aceh tidak bisa memberikan surat apa pun kepada saya, jadi saya tidak berani karena posisi saya ini masih ada atasan saya juga," jelasnya.

Menurutnya ketentuan barang yang akan dikirim tidak ada diskualifikasi khusus, termasuk jenis-jenis cargo ada yang boleh dibawa ada yang tidak. 

"Pada akhir Oktober ini juga sudah ada internasional flight-nya ke Kuala Lumpur. Contoh semen sekilo saja tidak boleh dibawa tapi untuk granat boleh. Makanya orang itu harus betul-betul paham dengan yang punya surat permohonan pengiriman tertulis (Dangerous Goods Declaration) dari pengirim barang, dan dilengkapi MSDS (Material Safety Data Sheet). Bagaimana packing-nya bagaimana juga dengan penempatannya di dalam pesawat," urai Deni.

Pada kesempatan itu, Deni juga menjelaskan tentang jenis pengiriman.

“Yang pertama jenis door to door, contohnya kita ke ekspedisi JNE. JNE pasti ngantar ke alamat,” kata Deni.

Jenis  yang kedua port to port.

“Yaitu pengirim datang sendiri ke sini sampai Jakarta kita ngambil sendiri Jakarta. Itu port to port,” jelas Deni.

Ia menyebut bila di Pontianak port to port dalam sehari langsung sampai.

Pada sesi terakhir pelatihan diadakan studi kasus dan presentasi dari setiap peserta. (Anty Husnawati/Kendi Setiawan)