Majalah Bangkit adalah majalah bulanan yang diterbitkan Lajnah Taālif Wan-Nasyr Pengurus Wilayah NU DIY dalam kurun waktu 10 tahun. Tampil dengan semboyan diniyah-ilmiyah-ijtimaāiyah, majalah ini diterbitkan pertama kali pada bulan Oktober 1979, dengan mengangkat tema ajaran Ahlussunnah wal Jamaah.
<>
Bangkit lahir ketika PWNU DIY digawangi oleh kepengurusan H. Saiful Mujab sebagai Ketua Tanfidziyah dan KH Ali Maksum sebagai Rais Syuriyah.Ā
Sampai dengan edisi ke-11 tahun kedua, majalah tersebut terbit dalam bentuk stensilan, dan baru pada edisi ke-12 (Jumadil Awal 1401 H/Maret 1981), majalah ini dicetak offset dengan ukuran bodi tetap 20 cm x 16 cm. Ā
Bangkit memiliki rubrik: Surat Pembaca, Laāalla (jawaban masail atau surat pembaca), Ajaran (tuntunan dari Al-Qurāan, Al-Hadits dan Qaul Ulama), Pandangan (artikel bebas), Paket (tulisan tentang keorganisasian), Dari Muktamar (kajian keputusan Muktamar/Munas NU di bidang masail diniyah), Pesantren Kita, Yang Ringan (kisah atau ceritera ringan), dan belakangan karena aspirasi pembaca ditambah rubrik Minbaruna (khutbah jumāat/ied).
Sebelum dikemas sebagai majalah, tim pengelola Bangkit telah aktif mempublikasikan ceramah-ceramah KH Ali Maksum dan beberapa tokoh NU di DIY, seperti Prof. Dr. Tolchah Mansoer, dan sebagainya.Ā
Rapat Pengurus Wilayah NU DIY tanggal 18 Januari 1980 memutuskan menugaskan Drs. H. Aliy Asāad (Sekretaris III PWNU DIY) untuk melakukan ikhtiar peningkatan kualitas warga NU di DIY dengan menerbitkan selebaran tentang ajaran yang biasa dilakukan warga NU. Ā
Keputusan tersebut dikuatkan lagi oleh PWNU DIY pada rapat tanggal 13 Mei 1980. Sampai edisi ke-4, Bangkit diasuh berdua oleh H. Aliy Asāad dan Haidar Idris.Karena mendapat respons positif dari banyak pihak terutama dari kalangan internal NU, publikasi tersebut ditingkatkan menjadi majalah yang terbit rutin setiap bulan.Ā
Seiring dengan kebutuhan, pengasuh Bangkit disempurnakan dengan hadirnya Drs. H. Atabik Ali, Moh. Jalaluddin, H. Imam Syafiāi, Syafiāi Thoyib, A. Zuhdi Muhdlor, Saiful Karim, Nawawi Sf, Abdul Muhaimin dan Ahmad Yasin Aqib. Pengurus Besar NU dalam suratnya kepada Pimpinan Redaksi Bangkit, Nomor : 212/Syur/III-ā81 menganjurkan agar risalah Bangkit lebih diperluas peredarannya karena dipandang sangat penting untuk melestarikan organisasi NU dan ajaran Ahlussunnah.
Pada masa jayanya, tiras Bangkit mencapai 9.000 eksemplar dengan pembaca dan pelanggan yang tersebar di Jawa dan Sumatera, NTB, Kalimantan, Timor Timur, bahkan mencapai Malaysia, Saudi Arabia, dan Belanda.
Dengan bentuk mungil majalah Bangkit cukup menarik bagi pembacanya ibarat obat dahaga. Tidak sedikit Bangkit dibawa Khatib sebagai rujukan khutbah jumāat atau khutbah shalat āid serta daāi sebagai bahan ceramah. Bahkan di beberapa tempat terbentuk komunitas pembaca Bangkit mendiskusikan isi majalah tersebut.Ā
Majalah Bangkit terkenal dengan bahasanya yang khas pesantren, lugas dan kadang kocak. Dalam rangka kaderisasi, pemimpin redaksi Ā berikutnya adalah A. Zuhdi Muhdlor menggantikan Aliy Asāad.Ā
Seiring dengan penataan organisasi, beberapa tahun kemudian majalah Bangkit dialihkan pengelolaannya kepada Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia (LKPSM) PWNU DIY dengan pemimpin redaksi M. Imam Aziz. Sejak itu BANGKIT mengganti motto dan warna tulisan, bukan lagi dirasah-ilmiyah-diniyah, melainkan popular yang memberikan advokasi kepada kaum marjinal. (A. Zuhdi Muhdlor)
Terpopuler
1
Aliansi Masyarakat Pati Bersatu Tetap Gelar Aksi, Tuntut Mundur Bupati Sudewo
2
Resmi Dilantik, Ini Susunan Pengurus LBH Sarbumusi Masa Khidmah 2025-2028
3
Ribuan Santri Pati Akan Gelar Aksi Tolak Kenaikan Tarif PBB 250 Persen hingga 5 Hari Sekolah
4
INDEF Soroti Pemblokiran Rekening yang Dianggap Reaktif dan Frustrasi Pemerintah Hadapi Judi Online
5
Obat bagi Jiwa yang Kesepian
6
Harlah Ke-81 Gus Mus, Ketua PBNU: Sosok Guru Bangsa yang Meneladankan
Terkini
Lihat Semua