Nasional

Lima Prinsip Cinta Tanah Air Syaikhona Kholil Bangkalan 

Sel, 8 Juni 2021 | 00:30 WIB

Lima Prinsip Cinta Tanah Air Syaikhona Kholil Bangkalan 

Ilustrasi: prinsip cinta tanah air yang digaungkan oleh para ulama NU telah diajarkan oleh Syaikhona Kholil Bangkalan.

Jombang, NU Online 

Syaikhona Muhammad  Kholil Bangkalan dikenal memiliki lima prinsip cinta tanah air yang menjadi sikapnya. Katib Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Afifudin Dimyathi saat menjadi narasumber seminar nasional bertajuk Sejarah Turots Syaikhona Kholil Bangkalan, Senin (7/6) menjelaskan kelima prinsip tersebut.


Pertama, membela tanah air baik melalui ucapan ataupun perbuatan. Hal ini dibuktikan melalui tulisan Syaikhona Kholil Bangkalan dalam manuskrip Hubbul Wathon Minal Iman. "Tulisan tersebut menandakan Syaikhona Kholil pernah menyampaikan kepada para muridnya dan menginginkan catatan tersebut dibaca oleh generasi milenial," kata Gus yang akrab disapa Awis.

 

Kedua, menghadapi atau melawan apapun yang menyebabkan disabilitas keamanan dan keselamatan negara. 

 

Gus Awis mengisahkan sikap yang ditunjukkan Syaikh Kholil ketika dimintai doa oleh pemimpin pemerintah Belanda. Saat itu Syaikh Kholi mendoakan agar pemimpin Belanda agar tidak diganti karena terkenal antipenjajahan dan menjadi keluasan bagi para ulama untuk berdakwah.

 

Sehingga, lanjut Gus Awis, adab mengutamakan keselamatan negara adalah dengan cara melawan apapun yang membawa kemaslahatan. 

 

Ketiga, mendidik santri dan anak-anak untuk menghargai nilai-nilai luhur tanah air. Menurut Pengasuh Asrama Hidayatul Qur’an itu tidak sulit mencari produk Syaikh Kholil sebab murid-muridnya merupakan cerminan perjuangan dirinya.

 

Keempat, menjaga kerukunan para anggota atau penduduk dan menanamkan persaudaraan. Hal itu ditandai dengan terjalinnya hubungan antara Syaikh Hasyim Asy’ari dengan Syaikh Nawawi Bantani kemudian hubungan kiai As’ad dalam perintah memberikan tongkat kepada kiai Hasyim Asy’ari.

 

Dikatakan, dalam catatan buku Pesantren Darul Ulum Jombang diceritakan bahwa Kiai Romli diberi pesan oleh Syaikhona Kholil untuk menjadi santri dan mengabdi kepada Kiai Hasyim Asy’ari. Artinya, ada perintah secara langsung untuk mendekatkan anak bangsa dan berjuang bersama-sama.
 

 

Kelima, mewujudkan dan memberikan kesadaran kepada anak didik tentang tanggung jawab untuk mengelola sumber daya.

 

Gus Awis menceritakan kisah ketika Syaikh Kholil diantar pulang oleh santrinya, Kiai Shaleh Banyuwangi yang akan menuntut ilmu di Makkah, namun diberhentikan dan berpesan agar segera pulang karena negara dalam keadaan rusak. Lalu Kiai Saleh meminta izin selama satu tahun di Makkah dan pulang ikut berjung dan menjadi salah satu pemimpin di Sarekat Islam.


"Ini menunjukkan perhatian dan memberi kesadaran kepada para santri, murid, dan koleganya  bahwa perjuangan itu di tanah air serta tanggung jawab seorang penduduk adalah memperbaiki negaranya," jelas Gus asal Jombang, Jawa Timur ini.

 

Kontributor: Suci Amaliyah
Editor: Kendi Setiawan