Nasional

Lima Isu Tingkatkan Kualitas Bahtsul Masail

NU Online  ·  Selasa, 17 April 2018 | 13:45 WIB

Lima Isu Tingkatkan Kualitas Bahtsul Masail

ilustrasi lenterasuaralampung.com

Jakarta, NU Online
Ada lima hal penting yang mesti dibahas dalam forum-forum bahtsul masail. Hal itu disampaikan oleh Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ahmad Ishomuddin saat berkunjung ke kantor NU Online, gedung PBNU lantai 5, Jakarta, Selasa (17/4).

Menurutnya, lima hal tersebut dapat meningkatkan kualitas bahtsul masail. Pertama, isu ekologi mengingat lingkungan di Indonesia sudah rusak. Kedua, isu ekonomi yang saat ini didominasi oleh kapitalisme. Hal itu membuat orang NU semakin termarjinalkan oleh sekelompok orang saja. Ketiga, isu politik. Keempat, biomedis dan kelima, bahtsul masail harus menyumbang legislasi di DPR guna menguatkan konstitusi.

Bahtsul masail yang dilakukan itu harus dalam rangka menjaga NKRI dan menguatkan paham kebangsaan. Negara itu didirikan salah satunya lisiyasati al-dunya, untuk mengatur orang-orang agar melaksanakan kewajiban dan memperoleh haknya dengan tidak merugikan pihak lain. 

Bahtsul masail, menurutnya, harus bisa membawa bahasa fikih ke dalam undang-undang.

“Lima isu itu saya kira bisa meningkatkan kualitas bahtsul masail,” tegasnya.

Perkembangan intelektualitas keagamaan disinyalir mengalami kemunduran seiring perkembangan zaman. Bahtsul masail tidak lagi populer di beberapa tempat, tetapi Kiai Ishom berpandangan lain, bahwa Indonesia yang sangat luas tidak bisa dijeneralisir.

“Situasi bahtsul masail tidak sama antar satu daerah dengan daerah lainnya,” katanya.

Hal itu berarti bahwa di suatu tempat, ada kemungkinan sudah mulai berkurang intensitasnya atau punah sama sekali, tetapi tidak mesti juga dengan daerah lainnya.

Di samping itu, materi persoalan yang didiskusikan tidak banyak menyangkut persoalan agama di tengah masyarakat. Padahal, menurutnya, negara Indonesia didirikan itu memiliki dua tujuan, yaitu untuk lihirasat al-din wa lisiyasat al-dunya, untuk menjaga agama dan dunia. Artinya suasana hati dan pikiran yang mengurusi NU kenapa terlalu fokus kepada hal-hal berbau politik.

Harusnya seperti kiai-kiai zmaan dulu, di mana diskusi pada saat bertemu antar pengurus harus banyak dominasi situasi agama masyarakat, situasi ekonominya, kemudian apa masyarakat dizalimi oleh yang lebih kuat atau tidak.

"Jangan hanya didominasi oleh diskusi-diskusi yang hanya berbau politik," pintanya.

Selain kuantitasnya yang perlu ditingkatkan, kualitas pembahasannya juga perlu diperhatikan, lima isu di atas menurut Kiai Ishom penting untuk dibahas.(Syakir NF/Muiz)