Kunjungi Pesantren Futuhiyyah, Dubes Inggris Jelaskan Perkembangan Islam di Barat
NU Online · Selasa, 23 Februari 2016 | 05:09 WIB
Demak, NU Online
Duta besar kerajaan Inggris Raya, H.E. Moazzam
Malik melakukan kunjungan ke pondok pesantren Futuhiyyah, Mranggen, Demak, pada
Senin (22/2). Kunjungan tersebut dimaksudkan untuk memperkuat persaudaraan
sesama muslim dan hubungan bilateral antara kerajaan Inggris dan pemerintah Indonesia.
Rombongan Dubes tiba di lingkungan pesantren sekitar
pukul 15.00 WIB dan disambut irama kasidah sholawat Badar oleh para santri.
Tampak sebagian santri membawa bendera kecil merah putih dan bendera kerajaan
Inggris. Rombongan langsung menuju masjid An-Nur untuk melakukan dialog dengan
masyayikh, pengasuh pesantren juga para santri.
Pengasuh pondok pesantren Futuhiyyah KH.
Muhammad Hanif Muslih, dalam sambutannya mengungkapkan rasa terima kasih kepada
Moazzam Malik beserta rombongan yang telah memilih Futuhiyyah sebagai tempat kunjungan
di daerah Semarang dan sekitarnya, meskipun hanya untuk beberapa jam saja. Selain
itu ia juga menjelaskan secara singkat profil pesantren Futuhiyyah.
“Kami sama sekali tidak pernah membayangkan
akan kehadiran bapak Dubes Inggris ini di Pesantren Futuhiyyah, sekali lagi
kami sangat berterima kasih yang sebesar-besarnya atas kunjunganya,” ujarnya.
H.E. Moazzam Malik dalam sambutanya
menyampakaikan beberapa hal penting termasuk alasannya memilih menjadi duta
besar Inggris di Indonesia.
Menurutnya, secara geografis, Indonesia adalah
salah satu dari empat negara terbesar di dunia dan memiliki potensi alam yang berlimpah
ruah, sehingga prospek kemajuan ekonominya sangat tinggi.
Dari segi politik, Indonesia termasuk negara
paling demokratis dengan penduduk umat Islam terbesar di dunia. Menariknya sikap
keberagamaan itu ditunjukkan secara inklusif dengan wajah Islam yang penuh
cinta dan damai.
”Saya kira, Islam Indonesia inilah yang sangat
cocok dengan Islam masyarakat barat, khususnya Inggris,” kata Moazzam Malik
yang ternyata cukup fasih berbahasa Indonesia.
Alasan selanjutnya kenapa ia memilih berkunjung
ke sebuah lembaga pendidikan pesantren karena menurutnya, Indonesia sebagai
sebuah negara yang cukup potensial sekaligus dapat mempengaruhi peradaban
dunia. Maka, sudah seharusnya ia mendorong generasi muda Indonesia agar terus
belajar demi menyongsong masa depan cerah.
“Pada tangan merekalah harapan-harapan masa
depan Indonesia dapat terwujud, jika bukan mereka kepada siapa lagi kita patut
berharap?” jelasnya.
Pada sesi dialog, Prof. Dr. KH. Abdul Hadi Muthohar.
MA menanyakan tentang kehidupan umat Islam di Inggris dan perkembangan Islam di
sana juga adanya islamfhobia yang saat ini terjadi di negara-barat.
KH. Ali Makhsun juga bertanya tentang isu-isu internasional
keterkaitan sikap kerajaan Inggris pada persoalan antara Palestina dan Israel
dalam kancah geo-politik internasional. Ia juga mengusulkan kepada Dubes Inggris
agar dapat membantu proses pembelajaran bahasa Inggris di pesantren seluruh Indonesia.
Menanggapi pertanyaan tersebut, H.E. Moazzam
Malik menyatakan bahwa kerajaan Inggris sangat mendukung kemerdekaan Palestina
sehingga dapat hidup damai bersama dengan Israel. Ia juga mengungkapkan perkembangan
Islam di negara Barat terutama di Inggris sangat pesat. Hampir 5% atau
kira-kira 3 juta beragama Islam. Mereka merupakan keturunan generasi ke 2 dan
ke 3. Untuk itu ia giat mempelajari kehidupan umat Islam di Indonesia karena
menurutnya kehidupan umat Islam Indonesia sangat cocok dan sesuai dengan umat
Islam di Inggris baik tentang toleransi dan plurisme.
Diakhir dialog ia berharap para santri terus belajar dan mengembangkan nilai-nilai Islam yang moderat sehingga ke depan bisa menjadi contoh umat lain, berpikiran terbuka dan berperan untuk mengatasi permasalahan global yang dihadapi masyarakat dunia. (Ben Zabidy/Mohammad Syuhada – Zunus)
Terpopuler
1
Kemenag Tetapkan Gelar Akademik Baru untuk Lulusan Ma’had Aly
2
LKKNU Jakarta Perkuat Kesehatan Mental Keluarga
3
Mahasiswa Gelar Aksi Indonesia Cemas, Menyoal Politisasi Sejarah hingga RUU Perampasan Aset
4
3 Alasan Bulan Kedua Hijriah Dinamakan Safar
5
Kopri PB PMII Luncurkan Beasiswa Pendidikan Khusus Profesi Advokat untuk 2.000 Kader Perempuan
6
Anggapan Safar sebagai Bulan Sial Berseberangan dengan Pandangan Ulama
Terkini
Lihat Semua