Jakarta, NU Online
Koruptor memiliki kekuatan multifaset. Yakni kekuatan oligarki yang bersatu dengan kekuatan kombinasi antara pejabat tak amanah, konglomerat hitam, dan politisi busuk.
Hal tersebut dikatakan mantan Komisioner KPK Bambang Widjojanto (BW) yang didaulat berbicara pada peluncuran dan diskusi buku “Jihad Nahdlatul Ulama Melawan Korupsi” di lantai 8 Gedung PBNU Jl Kramat Raya Jakarta, Kamis (23/6) petang.
“Mereka bertiga ini menguasai media massa, dan juga mampu mengontrol segenap kekuatan republik ini. Jadi kalau tidak dilawan dengan jihad, berat sekali,” tegas Bambang.
Menurut dia, pesantren menjadi salah satu target kekuatan kombinasi tersebut. “Kalau kredibilitas pesantren sudah dihancurkan, kalau marwah pesantren sudah diinjak-injak, kepada siapa lagi masyarakat mengadukan nasibnya,” ujar Bambang.
Jauh sebelum lahir republik ini, kata Bambang, Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari sudah menggelorakan jihad melawan penjajah. Hari ini generasi muda NU kembali menggunakan kata jihad untuk melawan korupsi.
“Jadi, seolah korupsi itu mirip penjajah. Benar sekali. Merinding saya sebenarnya membaca buku ini. Saya ingin mengatakan bahwa buku ini sangat relevan di tengah kegamangan kekuatan masyarakat menghadapi korupsi,” tandasnya.
Senada dengan Bambang, Rais Syuriyah PBNU KH Ahmad Ishomuddin juga memuji kelahiran buku Jihad NU melawan korupsi. “Jika selama ini banyak kesan bahwa sebuah buku lebih bagus judul daripada isinya. Maka, buku ini tak hanya mantap judulnya, namun isinya lebih mantap,” ujar Kiai Ishom disambut tepuk tangan hadirin.
Sementara itu, budayawan MM Billah memberi beberapa catatan. Antara lain, akar masalah tidak dianalisis secara tuntas. “Dengan demikian, ini menuntut lahirnya buku kedua tentang korupsi secara empiris,” tegasnya. (Musthofa Asrori/Fathoni)