Nasional KONBES KE-16 FATAYAT NU

Konflik Maluku Teratasi Karena Penerimaan atas Perbedaan

Ahad, 29 April 2018 | 04:15 WIB

Konflik Maluku Teratasi Karena Penerimaan atas Perbedaan

Zeth Sahuburua, Pelaksana Tugas Gubernur Maluku

Ambon, NU Online
Selama lima tahun yakni 1999-2004, Maluku berada dalam konflik sangat berat yang mengancam persatuan dan kesatuan masyarakatnya. Namun, Maluku bisa mempertahankan persatuan dan kesatuan sehingga kini menjadi wilayah yang damai, tenang, aman, dan religius.

Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Maluku, Zeth Sahuburua menceritakan, adalah penerimaan atas perbedaan dan kebinekaan yang menjadi kunci utama penyelesaian permasalahan tersebut.

Ia mengatakan bahwa masyarakat Maluku datang dari latar belakang yang berbeda-beda. Dari berbagai sisi agama diantaranya Islam, Hindu, Budha, Katolik, Kristen. Namun mereka berada dalam satu bingkai, yakni Indonesia. Sekarang orang banyak belajar menyelesaikan konflik dari Maluku.

“Kami sering diundang ke berbagai daerah bagaimana menyelesaikan konflik ini,” kata Zeth saat menerima kunjungan peserta Konferensi Besar (Konbes) Fatayat NU di Rumah Dinas Gubernur, Ambon, Sabtu (28/4).

Pemahaman untuk mewujudkan persatuan juga karena adanya wawasan keindonesiaan, wawasan kebangsaan, dan wawasana nusantara yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Disebutkan Zeth, wilayah Maluku dengan 11 kabupaten/kota, 118 kecamatan, 1.198 desa, dan 33 kelurahan memiliki 1,8 juta jiwa. Luas wilayahnya mencapai 712.000 km persegi. Dari luas itu, wilayah lautnya mencapai 658.000 km persegi, sementara daratan 54.000 km persegi. Artinya wilayah laut lebih besar dari daratan yakni 92,4 persen.

Wilayah Maluku yang didominasi lautan dan banyak pulau tersebut, memerlukan sarana prasarana terutama transportasi. Ini juga menjadi tantangan bagi pemerintah Maluku.

Namun, situasi itu juga menyebabkan Maluku memiliki potensi perikanan yang besar. Jika secara nasional terdapat 9 juta ton per tahun, Maluku menyumbang 3,6 juta ton. Apabila menghasilkan 500 ribu ton saja per tahun dengan harga paling murah 40 ribu rupiah maka menghasilkan 20 triliun rupiah.

Zeth mengatakan Maluku merupakan salah satu provinsi yang dinyatakan sebagai wilayah Indonesia sejak awal kemerdekaan, sama dengan Jawa Barat, Jawa Timur, dan beberapa wilayah lainnya. Karena itu Maluku juga telah mewujudkan peran dalam turut serta membangun Indonesia. (Kendi Setiawan/Muhammad Faizin)