Kiai Sya'roni Terangkan Etika Pegang Al-Qur'an
NU Online · Jumat, 19 Juli 2013 | 20:06 WIB
Kudus, NU Online
Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Sya’roni Ahmadi menjelaskan bahwa Al-Qur’an merupakan kitab suci yang sangat mulia. Oleh karenanya, setiap orang tidak boleh memegang Al-Qur’an, kecuali keadaan suci.
<>
“Madzhab empat sepakat yang dimaksud suci disini adalah suci dari hadas kecil dan besar,” katanya saat menerangkan sebuah ayat Surat Al-Waaqi’ah dalam pengajian rutin tafsir Al Qur’an di Masjid Al-Aqsha Kudus, Jumat (19/7).
Kiai Sya’roni menjelaskan kategori tulisan Al-Qur’an yang harus dipegang dalam keadaan suci. Diterangkan, disamping yang berbentuk mushaf (kitab suci), setiap tulisan Al-Qur’an yang digunakan untuk bacaan harus suci terlebih dahulu dengan berwudlu.
“Misalnya, menulis ayat Al-Qur’an pada sebuah papan tulis untuk dibaca bersama-sama, ketika mau demek (megang) wajib berwudlu,” tegasnya mencontohkan.
Sedangkan yang diperbolehkan tanpa keadaan suci, terang Kiai Sya’roni, adalah tulisan ayat Al-Qur’an untuk kepentingan jimat dan hiasan (kaligrafi). Kedua tulisan jenis tersebut, tidak apa-apa tanpa harus berwudlu. “Tulisan Al-Qur’an untuk hiasan tidak apa-apa tanpa berwudlu karena tidak untuk bacaan,” jelasnya.
Bagaimana dengan Al-Qur’an yang ada terjemahannya? Kiai yang biasa disapa Mbah Sya’roni ini menyatakan, harus dilihat perbandingannya antara tulisan Al-Qur’an dan terjemahannya.
“Bila Al-Qur’an itu lebih banyak tulisan Jawa (terjemahannya), tidak perlu wudlu. Tetapi bila banyak tulisan Al Qur’an, wajib wudlu,” terangnya di depan ribuan jamaah.
Di pesantren huffadh, Mbah Sya’roni mencontohkan, menyediakan Al Qur’an terjemahan bagi santri perempuan yang tengah menghafalkan. Hal ini untuk menjembatani perempuan yang sering mengalami hadas besar seperti nifas/haid supaya hafalannya tetap lancar.
“Namun ketika haid atau nifas itu, membacanya tidak boleh bersuara atau tidak terdengar orang lain,” jelas Mbah Sya’roni.
Pengajian rutin Tafsir Al Qur’an pada bulan Ramadhan ini memasuki hari kedelapan. Dimulai sejak 3 Ramadhan, pengajian ini selalu diikuti ribuan jamaah dari berbagaia kota Kudus, Jepara, Demak dan sekitarnya pada setiap usai subuh.
Redaktur : Abdullah Alawi
Kontributor : Qomarul Adib
Terpopuler
1
Khutbah Jumat HUT Ke-80 RI: 3 Pilar Islami dalam Mewujudkan Indonesia Maju
2
Khutbah Jumat: Kemerdekaan Sejati Lahir dari Keadilan Para Pemimpin
3
5 Poin Maklumat PCNU Pati Jelang Aksi 13 Agustus 2025 Esok
4
Ketua PBNU Sebut Demo di Pati sebagai Pembangkangan Sipil, Rakyat Sudah Mengerti Politik
5
Kantor Bupati Pati Dipenuhi 14 Ribu Kardus Air Mineral, Demo Tak Ditunggangi Pihak Manapun
6
Khutbah Jumat: Refleksi Kemerdekaan, Perbaikan Spiritual dan Sosial Menuju Indonesia Emas 2045
Terkini
Lihat Semua