Kiai Sya'roni Masih Terangkan Surat Al-Waqi'ah
NU Online · Sabtu, 20 Juli 2013 | 15:11 WIB
Kudus, NU Online
Hari kesembilan pengajian Tafsir Al-Qur’an di Masjid Al-Aqsha Kudus, Jawa Tengah, Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Sya’roni Ahmadi masih melanjutkan penjelasan ayat 79-96 dari Surat Al-Waqi’ah.
<>
Dalam pengajiannya, ulama kharismatik ini menegaskan kembali bahwa memegang, membawa, dan membaca Al-Qur’an harus dalam keadaan bersuci atau memiliki wudlu, sebagaimana penjelasan pada hari sebelumnya.
Sabtu (20/7) pagi tadi, kiai yang sering disapa Mbah Sya’roni ini menerangkan, kitab yang diturunkan Allah dari langit (kitab samawi) berjumlah 104. Diantara yang wajib diyakini hanya empat, yaitu kitab Zabur, Taurat, Injil, dan Al-Qur’an.
Ia menjelaskan, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad ada yang disebut Al-Qur’an dan hadits Qudsiy. Bedanya, hadits Qudsiy bukan Al-Qur’an karena tidak bisa menjadi mukjizat sehingga bisa dipalsukan. Sebaliknya, setiap surat Al-Qur’an bisa sebagai mukjizat dan tidak bisa ditiru.
Mbah Sya’roni menjelaskan, turunnya Al-Qur’an berlangsung dua kali. Pertama, diturunkan 30 juz secara utuh dari lauhil mahfudz. Kedua, Allah mengutus malaikat menulis Al-Qur’an 30 juz itu yang kemudian diturunkan melalui malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad secara berangsur-angsur ditempuh kira-kira selama 23 tahun.
Masalah turunnya Al-Qur’an tersebut, jelas dia, diterangkan dalam sebuah ayat yang terdapat kata anzala berarti menerangkan temurunnya 30 juz utuh, sedangkan manzala menerangkan cara berangsur-angsur selama 23 tahun.Tetapi kalau kata nazzala berarti menerangkan keduanya.
“Makanya setiap tanggal 17 Ramadhan diperingati dengan kata nuzulul qur’an berarti memperingati turunnya Al-Qur’an secara utuh dan berangsur-angsur,” tambah Mbah Sya’roni.
Pada ayat berikutnya, Mbah Sya’roni menerangkan keterkaitan turunnya Al-Qur’an dengan rizki. Diterangkan, rizki turun dari langit yang berbentuk air hujan. Setiap sesuatu yang hidup di dunia seperti tumbuh-tumbuhan atau tanaman berasal dari air.
Di akhir pengajian, Mbah Sya’roni mengajak supaya memiliki keyakinan bahwa keterangan Al-Qur’an pasti benar. Ia menambahkan keyakinan itu terdiri dari 3 macam, yakni ilmul yaqin, ainul yaqin dan haqqul yakin.
“Ilmul yakin artinya masih di dunia tetapi masih memiliki keyakinan sesuatu di akhirat itu ada. Ketika sudah sampai padang mahsyar baru kelihatan surga berarti Ainul yaqin dan saat membuktikan kenyataan di akhirat adanya surga namanya haqqul yakin,” jelasnya mencontohkan surga.
Pada Sabtu tadi, pengajian yang dilaksanakan usai shalat Subuh ini mengkhatamkan penjelasan Surat Al-Waaqi’ah. Pada Ahad (21/7) besok pagi akan melanjutkan pada surat Al-Hadiid juz 27.
Redaktur : Abdullah Alawi
Kontributor : Qomarul Adib
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Mempertahankan Spirit Kurban dan Haji Pasca-Idul Adha
2
Ketum PBNU Buka Suara soal Polemik Tambang di Raja Ampat, Singgung Keterlibatan Gus Fahrur
3
Jamaah Haji yang Sakit Boleh Ajukan Pulang Lebih Awal ke Tanah Air
4
Rais 'Aam dan Ketua Umum PBNU Akan Lantik JATMAN masa khidmah 2025-2030
5
Khutbah Jumat: Meningkatkan Kualitas Ibadah Harian di Tengah Kesibukan
6
Khutbah Jumat: Menyatukan Hati, Membangun Kerukunan Keluarga Menuju Hidup Bahagia
Terkini
Lihat Semua