Nasional NGAJI RAMADHAN

Kiai Sya'roni: Jangan Guyon Kebablasan!

Rab, 24 Juli 2013 | 15:00 WIB

Kudus, NU Online
Pada Pengajian Tafsir Al-Qurā€™an di Masjid al-Aqsha Menara Kudus, Jawa Tengah Rabu (24/7) pagi tadi, Mustasyar PBNU KH Syaā€™roni Ahmadi mengingatkan jangan suka bercanda (guyon) kebablasan yang hanya mengumbar kebohongan. Karena hal tersebut bisa berakibat hati menjadi keras dan fasik.
<>
ā€œKalau guyon maton diperbolehkan saja, tetapi kalau guyon yang membohongi untuk mengundang tawa belaka itu tidak baik,ā€ katanya saat menerangkan ayat 15- 20 Surat Al-Hadid Juz 27.

Ulama kharismatik yang biasa disapa Mbah Syaā€™roni ini menjelaskan bahwa ayat 15 Surat Al-Hadid menerangkan sikap para sahabat Muhajirin yang bercanda berlebihan saat menerima sambutan luar biasa dari sahabat Ansor (sahabat yang sudah mukim di Madinah).

ā€œKaum Muhajirin diingatkan supaya tidak meniru orang Yahudi yang senang guyon sehingga menjadi fasik sampai lupa kitab Taurat dan Injil,ā€ katanya menerangkan ayat selanjutnya.

Nabi Muhammad, tutur mbah Syaā€™roni, suka bercanda namun gaya dan materi yang disampaikan tidak pernah bohong. Dikisahkan, Nabi Muhammad menyapa seorang perempuan tua yang selalu menyapu jalan menuju masjid yang sering dilaluinya. Nabi bertanya alasan perempuan tua menyapu jalan itu, sang perempuan menjawab, ingin masuk surga bersama Nabi.Ā 

ā€œNabi menjawab dengan canda bahwa di surga tidak ada nenek-nenek seperti ibu. Sang perempuan tua itu menangis. Lalu Nabi menyahuti lagi, di surga itu perempuan tua-tua akan menjadi muda lagi. Jadi, ibu tetap masuk surga. Sang nenek tadi bisa tersenyum lega,ā€ cerita Mbah Syaā€™roni mencontohkan.Ā 

Diterangkan ayat selanjutnya, meskipun banyak orang yang lupa akibat guyonan berlebihan, Allah bisa mengubah kembali menjadi khusuk sehingga ingat kembali kepada Allah maupun membaca Al-Qurā€™an.Ā 

ā€œMakanya, guyon ya guyon tapi yang maton. Jangan kebablasan. Lebih baik untuk dzikir atau membaca Al-Qurā€™an,ā€ tegas mbah Syaā€™roni dalam bahasa Jawa.

Mbah Syaā€™roni juga menerangkan hidup di dunia adalah permainan, kesenangan, perhiasan untuk kebanggaan manusia belaka. Banyak harta dan anak, merupakan kesenangan di dunia yang hanya sementara.Ā 

ā€œOleh karenanya kita harus berusaha menggunakan harta benda kita untuk kebaikan termasuk berinfak juga,ā€ ajaknya lagi kepada Ā ribuah jamaah yang memenuhi ruangan dan halaman masjid Menara Kudus.


Redaktur Ā  Ā : Abdullah AlawiĀ 
Kontributor: Qomarul Adib