Kiai Said: NU akan Lahirkan Negara Indonesia Kuat
NU Online · Ahad, 1 Juli 2012 | 02:15 WIB
Padang, NU Online
Warga Nahdlatul Ulama yang taat mengamalkan ajaran Islam akan melahirkan Negara Indonesia yang kuat. Karena ketika seseorang memperjuangkan Nahdlatul Ulama, maka mereka pun sekaligus turut memperjuangkan berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Sebaliknya, mereka yang berjuang untuk menegakkan NKRI, sekaligus juga memperjuangkan NU.<>
KH Said Aqil Siroj mengungkapkan hal itu pada Pembukaan Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Lembaga Ta’mir Masjid Nahdlatul Ulama (LTMNU) Region II PWNU Sumbar, Riau, Kepri dan Jambi, Sabtu (30/6/2012) di Diklat Pertanian Sumbar, Padang.
Menurut Kiai Said, penguatan nilai-nilai NU di berbagai level saat ini dirasakan makin penting. NU yang selalu mengusung Islam berpahamkan Ahlussunnah wal Jamaah selalu tampil dengan prinsip tasamuh, tawazun, I’tidal dan amar ma’aruf nahi mungkar. NU menganggap tidak ada perang suci atas nama agama. Karena perang itu menghancurkan, kotor dan keji. NU selalu tampil mengajak elemen masyarakat dengan berdialog.
“Bagi NU, membangun nilai-nilai Islam bukan dengan kekerasan dan perang. Jika ada perbedaan dengan pihak lain, mari kita lakukan dialog. Bukan dengan kekerasan, apalagi dengan perang. Mari kita bangun dunia ini dengan suasana damai,” ajak Kiai Said.
Bagi Indonesia yang mayoritas beragama Islam, dimana jamaah NU berkisar 60 – 70 juta jiwa, memiliki peran yang strategis untuk terus membangun Islam yang cinta damai, jauh dari nilai-nilai kekerasan dan radikalisme. Indonesia sebagai pintu gerbang Islam paling timur dan diapit oleh dua negara besar di dunia yang tak suka dengan Islam, yakni RRC dan Australia. Dengan kondisi tersebut, NU harus selalu tampil sebagai kekuatan Islam yang rahmatan lil alamin, jauh dari tindakan kekerasan atas nama agama dan organisasi.
Dikatakan Said Aqil, sekarang banyak yang mengaku ulama Islam yang mengkafirkan umat Islam sendiri. Padahal dulunya ulama itu mengislamkan orang dari non-muslim. Untuk itu, harus diperbanyak nilai-nilai di pesantren yang mengajarkan pengalaman dan pengamalan ilmu selama 24 jam. Pesantren menanamkan nilai-nilai disiplin, ketaatan kepada kiai (ulama), dan membutuhkan proses.
“Memang berat mencetak ulama yang paham agama. Namun yang lebih berat lagi membangun masyarakat dan mewarnai nilai-nilai pesantren dalam kehidupan masyarakat,” kata Said Aqil.
Redaktur : Mukafi Niam
Kontributor: Bagindo Armaidi Tanjung
Terpopuler
1
Guru Madin Didenda Rp25 Juta, Ketua FKDT: Jangan Kriminalisasi
2
Workshop Jalantara Berhasil Preservasi Naskah Kuno KH Raden Asnawi Kudus
3
Rapimnas FKDT Tegaskan Komitmen Perkuat Kaderisasi dan Tolak Full Day School
4
Ketum FKDT: Ustadz Madrasah Diniyah Garda Terdepan Pendidikan Islam, Layak Diakui Negara
5
LBH Ansor Terima Laporan PMI Terlantar Korban TPPO di Kamboja, Butuh Perlindungan dari Negara
6
Dukung Program Ketahanan Pangan, PWNU-HKTI Jabar Perkenalkan Teknologi Padi Empat Kali Panen
Terkini
Lihat Semua