Kiai Mujib Qulyubi Jelaskan Alasan Sunnah Manaqiban
NU Online Ā· Sabtu, 27 November 2021 | 16:30 WIB
Muhamad Abror
Kontributor
Jakarta, NU Online
Manaqiban merupakan acara pembacaan biografi (manaqib) seorang tokoh ulama. Sebagian masyarakat di Indonesia menjadikannya sebagai satu tradisi spiritual. Tujuan manaqiban selain untuk meneladani kisah hidup seorang ulama, juga sebagai bentuk tabarukan pada tokoh tersebut.
Selain itu, membaca manaqib juga sebagai wujud cinta kepada tokoh yang kita baca, seperti kecintaan seseorang kepada Syekh Abdul Qadir al-Jilani yang diekspresikan dengan membaca manaqibnya.
Katib Syuriyah PBNU KH Mujib Qulyubi menjelaskan, ketika seseorang membaca manaqib dan konsisten membacanya, maka kecintaan pada tokoh yang sedang dibacanya benar-benar tulus. Sebaliknya, orang yang membaca manaqibnya tidak konsisten, menunjukkan cintanya tidak tulus.
āSaat kita malam membaca manaqib Syekh Abdul Qadir al-Jilani, jangan-jangan Syekh Abdul Qadir al-Jilaninya sendiri yang sebetulnya malas melihat kita,ā katanya dalam acara Majelis Dzikir Rasulullah dan Manaqib Istiqomah di Masjid At-Taqwa, Jakarta Barat, Jumat (26/11/2021).
Pada kesempatan tersebut, Kiai Mujib juga memaparkan alasan mengapa penting bagi seorang Muslim untuk mencintai ulama. Karena nanti di hari kiamat, seseorang akan dikumpulkan bersama orang-orang yang dicintainya. Jika semasa hidup ia mencintai Nabi Muhammad, kelak juga akan dikumpulkan dengannya.
āKalau yang seseorang cintai dan dibicarakannya hanya soal politik, ya sudah, nanti di hari kiamat ia akan dikumpulkan dengan para politikus. Sementara ada (politikus) yang baik dan ada yang jelek,ā ujar Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan di Unusia ini.
Kisah Badui
Mendasari argumennya, Kiai Mujib mengisahkan salah seorang Arab Badui (orang Arab pedalaman) yang bertanya kepada Rasulullah saw tentang kapan hari kiamat terjadi. Pertanyaan orang itu lalu dibalas dengan balik tanya oleh Rasulullah, āMemangnya apa yang sudah kau persiapkan untuk bekal di hari kiamat?ā
Orang Badui itu menjawab, āSaya tidak mempersiapkan kedatangan hari kiamat dengan memperbanyak puasa sunnah dan shalat sunnah. Tetapi, modal saya hanya cinta kepadamu wahai Muhammad.ā
Rasulullah pun menimpali, āSeseorang akan dikumpulkan bersama orang yang dicintainya (kelak di hari kiamat).ā
āKalau yang sering kita pikirkan adalah cinta kepada Nabi Muhammad, kepada para waliyullah, dan kepada Sulthanul Auliya (Syekh Abdul Qadir al-Jilani), maka insyaallah besok di hari kiamat akan dikumpulkan dengan mereka,ā pungkas Kiai Mujib.
Kontributor: Muhamad Abror
Editor: Musthofa Asrori
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Tujuh Amalan yang Terus Mengalir Pahalanya
2
Khutbah Jumat: Lima Ibadah Sosial yang Dirindukan Surga
3
Fantasi Sedarah, Psikiater Jelaskan Faktor Penyebab dan Penanganannya
4
Khutbah Jumat: Menyambut Idul Adha dengan Iman dan Syukur
5
Pergunu Buka Pendaftaran Beasiswa Kuliah di Universitas KH Abdul Chalim Tahun Ajaran 2025
6
Pakai Celana Dalam saat Ihram Wajib Bayar Dam
Terkini
Lihat Semua