Nasional

Kiai Mujib: Bela Islam Tidak Hanya Bawa Pentungan

NU Online  ·  Jumat, 6 April 2018 | 19:00 WIB

Jakarta, NU Online
Katib Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Mujib Qulyubi mengatakan, membela Islam tidak melulu membela simbol-simbol yang berkaitan dengan Islam. Baginya, membela kemanusiaan juga termasuk membela Islam.

“Membela Islam tidak harus membawa pedang, bawa pentungan teriak-teriak, meskipun itu tidak sepenuhnya salah,” kata Kiai Mujib dalam sebuah diskusi di Pesantren Darul Uchwah Jakarta, Jumat (6/4) malam.

Dosen UNU Indonesia ini menyebutkan, konsep hak asasi manusia selaras dengan konsep maqashid syari’ah (tujuan bersyariat) yang enam dalam Islam, yaitu menjaga agama (hifd al-din), menjaga keturunan (hifd al-nasl), menjaga harta (hifd al-mal), menjaga nyawa (hifd al-nafs), dan menjaga akal (hifd al-aql). 

Seseorang yang menjalankan lima maqashid syari’ah tersebut maka ia sudah membela kemanusiaan. Jika seseorang tersebut membela kemanusiaan, maka ia juga membela Islam. 

Sementara itu, narasumber lainnya Fajar Riza Ul Haq menerangkan, ada banyak cara untuk menunjukkan keberpihakan kepada Islam. Tidak hanya ada satu cara –demo- sebagaimana yang diklaim sekelompok umat Islam. 

“Saya ingin katakan bahwa pembelaan terhadap Islam itu sejalan dengan keindonesiaan dan kemanusiaan,” katanya.

Penulis buku Membela Islam, Membela Kemanusiaan menuturkan, isu-isu agama yang digunakan sebagai alat politik (politik SARA) untuk mencapai tujuan jangka pendek sangat membahayakan keberlangsungan suatu negara. 

Lebih lanjut, ia menyebutkan, politik SARA yang digunakan elit politik biasanya untuk menindas kelompok minoritas. Di sisi lain, kelompok kelompok ekstrem juga menggunakan politik SARA untuk menebarkan kebencian kepada kelompok yang tidak sama dengannya.

“Kalau suatu masyarakat atau negara menggunakan isu primordial, isu SARA yang tidak tepat maka bisa menimbulkan masalah yang sangat serius,” jelasnya. (Muchlishon)