Nasional

Kiai Miftah: Pesantrenlah yang Bisa Menggabungkan Pintar dan Benar

Sab, 9 Maret 2019 | 09:00 WIB

Kiai Miftah: Pesantrenlah yang Bisa Menggabungkan Pintar dan Benar

Rais 'Aam PBNU KH Miftahul Akhyar, di Denanyar, Jombang

Jombang, NU Online 
Rais 'Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Miftahul Akhyar menyatakan, saat ini sudah sangat sulit ditemui orang yang memiliki kepintaran sekaligus kebenaran. Tak sedikit orang sudah memiliki gelar akademik yang pintar dan cerdas namun tak menjamin memiliki nilai-nilai kebenaran.

Demikian ini disampaikannya pada puncak peringatan Haul ke-40 KH Bisri Syansuri, ke-66 Nyai Hj Nor Khodijah,  dan 104 tahun Pondok Pesantren Mambaul Ma'arif, serta 1 abad Pondok Pesantren Putri Mambaul Ma'arif, Denanyar, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Kamis malam (7/3) di halaman Pesantren setempat.

"Apalah namanya gelar kalau tidak dibarengi dengan kebenaran," katanya.

Menurutnya, lembaga yang selama ini masih konsisten menggabungkan kepintaran atau kecerdasan intelektual dan kebenaran adalah Pondok Pesantren. Karenanya, orangtua yang memilih Pondok Pesantren sebagai wadah untuk menimba ilmu dan membentuk karakter yang kuat dinilai sangat tepat di tengah perkembangan zaman seperti sekarang ini.

"Sampai sekarang lembaga yang bisa menggabungkan antara pintar dan benar adalah pesantren. Saya tidak yakin di luar itu bisa melahirkan generasi yang demikian. Kalau pintar saja, iya, tapi benar tidak jaminan," jelasnya.

Penggabungan antara cerdas secara intelektual dan kebenaran itu sendiri telah digambarkan dalam Al-Qur'an saat ayat pertama turun. Kata iqra'menurutnya adalah cerminan dari upaya memperoleh kecerdasan intelektual, namun tak berhenti sampai di situ, Allah SWT kemudian meneruskan firmannya bismi rabbika yang menunjukkan pentingnya nilai-nilai kebenaran atau spritual.

"Kita perlu mendampingkan atau menggabungkan antara pintar dan benar, Qur'an saja ayat yang pertama kali turun iqra', tapi bukan sampai iqra' saja, tapi bismi rabbika, yang menunjukkan betapa pentingnya kebenaran," jelasnya.

Rais 'Aam pengganti KH Ma'ruf Amin ini tak menafikan akan dinamika situasi yang terjadi belakangan ini. Keadaan yang kerap kali terjadi saling fitnah, memutar balikkan fakta, dan mengumbar kebencian seringkali ditemuinya di berbagai kesempatan. Pada situasi demikian, dirinya mengungkapkan kerinduannya terhadap Mbah Bisri. Ia meyakini pada zamannya tentu suasana tak seperti saat ini, melainkan penuh dengan kedamaian, ketenangan, dan kesejukan antar sesama.

"Kita masih punya harapan besar dengan Haul Mbah Bisri ini, ini suatu ungkapan rasa rindu kita bagaimana pada masa-masa kehidupan beliau merasakan ketenangan, kenyamanan, dan kedamaian di tengah-tengah beliau," ucapnya. (Syamsul Arifin/Muiz)