Kiai Hasyim: Asas Nasionalis Jangan Hanya Jargon
NU Online · Ahad, 6 April 2014 | 13:00 WIB
Jakarta, NU Online
Masa kampanye pemilu legislatif telah berlalu. Mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Hasyim Muzadi meminta semua partai politik melaksanakan janji-janjinya kepada rakyat.
<>
Kepada partai nasionalis, pengasuh pondok pesantren Al-Hikam ini meminta mereka melakukan tindakan sesuai dengan asas nasionalis yang dipakai. Mereka harus mengedepankan masalah bangsa Indonesia ketimbang kepentingan asing di Indonesia.
"Asas nasionalis jangan hanya menjadi jargon. Karena itu, caleg dan politisi yang berasal dari partai nasionalis hendaknya mengedepankan kepentingan bangsa ketimbang yang lain, baik dalam konteks kebijakan ekonomi, politik, kebudayaan, dan lainnya," katanya di sela sarasehan ulama dan cendekiawan di kantor PWNU Banten, Ahad (6/4).
Kiai kelahiran Bangilan Tuban ini mencontohkan, dalam kasus kebijakan ekonomi, selama ini Indonesia lebih condong menguntungkan asing ketimbang bangsa sendiri. Sumber daya alam yang ada seharusnya digunakan untuk kepentingan bangsa sendiri.
"Tri Sakti yang digagas Bung Karno dulu meski belum bisa mewujudkan setidaknya mengarah ke sana. Karena itu harus ada usaha mereview kembali UU yang sangat pro asing," ujar Sekjen International Conference Of Islamic Scholars (ICIS) ini.
Untuk partai Islam, Kiai Hasyim berpesan agar perilaku para politisinya mewakili keluhuran ajaran Islam. Keluhuran yang dimaksud adalah tidak melakukan korupsi atau mencuri uang negara, bersikap adil, dan rahmatan lil alamin. "Nilai-nilai itulah yang harus diwujudkan oleh politisi partai semacam ini," terangnya.
Kiai Hasyim menegaskan, menurunnya citra partai Islam di mata masyarakat karena perilaku menyimpang para politisi, bukan karena Islamnya. Para politisi itu tidak bisa mengikuti keluhuran Islam. Karena itu, katanya, pekerjaan rumah yang harus dilakukan para politisi Islam adalah berperilaku islami.
"Para politisi parpol islam saat sudah menjabat bukan berdakwah tentang ajaran agama, tetapi harus bisa merealisasikan ajaran itu dalam bentuk teknis. Tidak mengajari annadofatu minal iman, tetapi langsung membentuk pasukan kuning," katanya. (Ahmad Millah/Abdullah Alawi)
Terpopuler
1
Saat Jamaah Haji Mengambil Inisiatif Berjalan Kaki dari Muzdalifah ke Mina
2
Perempuan Hamil di Luar Nikah menurut Empat Mazhab
3
Pandu Ma’arif NU Agendakan Kemah Internasional di Malang, Usung Tema Kemanusiaan dan Perdamaian
4
360 Kurban, 360 Berhala: Riwayat Gelap di Balik Idul Adha
5
Saat Katib Aam PBNU Pimpin Khotbah Wukuf di Arafah
6
Belasan Tahun Jadi Petugas Pemotongan Hewan Kurban, Riyadi Bagikan Tips Hadapi Sapi Galak
Terkini
Lihat Semua