Nasional

Khofifah: Ngopeni Warga NU Level Ranting Jauh Lebih Penting

Ahad, 29 Mei 2016 | 04:00 WIB

Jember, NU Online
Ketua Umum PP Muslimat NU Hj Khofifah Indar Parawansa menganggap pentingnya berdakwah ke luar. Tetapi menurutnya, berdakwah ke dalam jauh lebih penting. Mendampingi warga NU sangat penting di tengah meluapnya arus global paham-paham transnasional.

Hal ini disampaikan Hj Khofifah dalam acara tatap muka dengan santri Pesantren Nuris Islam (Nuris), Antirogo, Kabupaten Jember, Sabtu (28/5).

Menurut Khofifah, masih banyak warga NU yang ngambang, bahkan tidak tahu seluk-beluk ajaran ahlussunah wal jama'ah (Aswaja). "Dan mereka itu rawan dikapling komunitas lain, semisal kelompok radikal," ucapnya.

Khofifah mengaku khawatir dengan kondisi itu. Sebab, nyatanya tidak sedikit warga NU, bahkan tokoh NU yang terbuai rayuan kelompok lain, dan akhirnya mereka menjadi pengurus di komunitas tersebut.

Ia lalu bercerita tentang salah seorang pengurus Muslimat NU Endah Nizar yang diundang oleh Ketua IPPNU Mojokerto untuk mengisi pengajian. Karena yang mengundang adalah IPPNU, maka tentu yang terbayang di benak Endah bahwa audiennnya adalah muslimat NU. Tapi tenyata yang hadir adalah muslimat HTI (Hizbut Tahrir Indonesia).

"Ning Endah, akhirnya tanya kepada Ketua IPPNU itu, ‘Anda Ketua IPPNU. Kok saya diundang di acaranya HTI?’ Ia menjawab. ‘Ya, memang, karena saya tahu Islam dari HTI,’" ungkapnya.

Menurut Khofifah, kasus tersebut harus menjadi pelajaran bagi warga NU. Bahwa NU besar adalah sebuah kenyataan yang tak bisa dipungkiri. Tapi ngopeni umat harus terus menerus dilakukan agar warga NU tak mudah terjebak oleh bujuk rayu komunitas lain.

"Ini pekerjaan rumah para kiai, pekerjaan rumah tokoh NU, pekerjaan rumah pengasuh pesantren, dan pekerjaan rumah kita semua," jelasnya.

Khofifah menambahkan, Aswaja adalah rohnya NU. Mengenal NU, otomatis harus mengenal Aswaja. Ia sendiri mengaku terus belajar dan memperdalam Aswaja.

Saat KH Muchit Muzadi masih hidup, ia mengaku sering belajar Aswaja kepada Kiai Muchit lewat telepon. "Kalau saya ngaji kepadanya, itu sampai setengah jam by phone. Sering. Saya juga belajar Aswaja kepada Kiai Muhyiddin (pengasuh Pesantren Nuris), tapi belum selesai," ungkapnya.

Acara yang digelar di masjid Nuris putra itu juga dihadiri oleh Bupati Jember Faida, para ustadz, dan ratusan santri. Dalam acara tersebut juga ditampilkan drama Dialog Aswaja yang diperankan santriwati Nuris. (Aryudi AR/Alhafiz K)