Nasional

KH Miftachul Akhyar Harap Nahdliyin Respons Kecanggihan Teknologi dengan Baik dan Bijak

Sen, 14 Juni 2021 | 10:30 WIB

KH Miftachul Akhyar Harap Nahdliyin Respons Kecanggihan Teknologi dengan Baik dan Bijak

Rais 'Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Miftachul Akhyar. (Foto: dok. istimewa)

Jakarta, NU Online

Rais 'Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Miftachul Akhyar bersyukur dengan perkembangan teknologi. Karena hal-hal yang sebelumnya tak terbayang menjadi mudah dengan kehadirannya. Ia berharap para kader-kader NU mampu merespons kecanggihan teknologi informasi dengan baik dan bijak.


Menurut Kiai Miftah, muwasshalah komunikasi secara virtual merupakan salah satu praktik dari ajaran-ajaran keghaiban yang disadari atau tidak di masa pandemi hampir 90 persen beragam ajaran keghaiban tersebut kian melekat dengan masyarakat kebanyakan. Bahkan, disebutkan bahwa hal ini merupakan salah satu nikmat tak diduga-duga yang diturunkan Allah SWT kepada makhlukNya.


Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ini menyebutkan, jauh sebelum kecanggihan ini hadir para ulama terdahulu sudah mempraktikkannya lewat ilham, intuisi, dan firasat yang dikenal dengan ilmu Kasyaf. Sehingga kemudian hal ini di kategorikan sebagai rizqun minnallah min haitsu laa yahtasib. 


"Ilmu kasyaf, firasat, basyiroh. Kesemuanya itulah yang dimanfaatkan oleh ulama-ulama terdahulu dan itu betul-betul prima," terang Kiai Miftach dalam acara Halal bi Halal Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Sedunia, Ahad (13/6).


"Alhamdulillah meskipun secara virtual kita bisa bertatap muka dan berkomunikasi dengan kader-kader NU seluruh dunia. Dan saya berharap kita semua bisa memanfaatkan rizqun minnallah min haitsu laa yahtasib ini dengan sebaik-sebaiknya," imbuh Pengasuh Pondok Pesantren Miftachus Sunnah Surabaya itu.


Dalam pertemuan virtual PCINU Sedunia ini, Kiai Miftach pun berpesan kepada seluruh kader-kader NU agar terus menggelorakan semangat juang jam'iyah NU. Sebagaimana diketahui bahwa dalam tubuh NU terkandung misi rahasia yang luar biasa dalam menyebar luaskan ajaran rahmatan lil 'alamin. 


"Jam'iyah NU ini tidak sembarangan. Jam'iyah yang jelas dari para auliya ini memiliki suatu guest mission (misi rahasia) bagi para pengurus NU untuk terus menyebarkan dakwah yang dapat diterima oleh semua lapisan," tuturnya. 


"Dakwah yang mengajak bukan mengejek, dakwah yang merangkul bukan memukul, dakwah yang mendidik bukan membidik, dakwah yang membina bukan yang membinasakan," sambungnya menegaskan. 


Lebih lanjut, Kiai Miftah, mengisahkan bahwa jam'iyah NU ini merupakan isyarat dari KH Nawawi Al-Bantani kepada Syekh Kholil Bangkalan melalui mimpi dengan mengirimkan tiga komponen penting dalam berdakwah yang dilambangkan melalui tambang, tongkat dan seutas tasbih.


"Tiga hal ini sebuah isyarat besar menginginkan lahirnya jam'iyah yang diharapkan bisa menjadikan anak bangsa berpengetahuan luas dan sakti sebagaimana tongkat Nabiyallah Musa AS dan juga memiliki spiritualitas tinggi seperti yang digambarkan melalui seutas tasbih," ungkapnya. 


"Seutas tasbih itu juga merupakan lambang agar ilmu-ilmu setiap harinya bertambah," imbuh Dia. 


Kontributor: Syifa Arrahmah 

Editor: Fathoni Ahmad