Malang, NU Online
Dalam catatat resmi kemiliteran Indonesia, sejarah perlawanan untuk mendapatkan kemerdekaan tidak lepas dari peran-peran vital kalangan pesantren. Salah satunya adalah fatwa Resolusi Jihad yang dikumandangkan oleh Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari.
Hal tersebut dikemukakan KH M Tholchah Hasan pada Seminar Nasional bertemakan Jejak Perjuangan KH Masjkur: Sebelum dan Sesudah Kemerdekaan, Kamis (7/12) di Graha Astranawa Surabaya. Malang, Jawa Timur.
Fatwa Resolusi Jihad telah diyakini menjadi preseden terjadinya rentetan peristiwa monumental lain seperti peristiwa 10 November 1945 hingga agresi militer II pada akhir tahun 1948 hingga pertengahan 1949. Tercatat nama penting di dalam gejolak perlawanan tersebut yaitu KH Masjkur.
"Saat pecah peperangan di Surabaya pada 10 November 1945, KH Masjkur satu hari sebelumnya (9 November 1945) telah mengirimkan laskar-laskar dari Malang," kata Kiai Tholchah.
KH Masjkur adalah Komandan Tertinggi Laskar Sabilillah yang mengkonsolidasi kalangan ulama-ulama pesantren, serta bersama-sama KH Zainul Arifin juga terlibat memimpin Laskar Hizbullah yang mengkonsolidasi kalangan santri-santri muda.
H Choirul Anam yang sering disapa Cak Anam, narasumber lainnya menyebutkan KH Masjkur sebagai Komandan Laskar Sabilillah sering mengikuti rapat-rapat di kantor NU Bubutan.
Seminar tersebut merupakan rangkaian agenda pengusulan gelar akademik KH Masjkur Malang. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Tim Pengusul Gelar Pahlawan KH Masjkur yang terdiri dari unsur masyarakat umum, PC NU Kota Malang dan Yayasan Sabilillah. (Siti Imaniatul Muflihatin/Kendi Setiawan)