Nasional HADIAH ASRUL SANI 2014

KH Chizni Umar Burhan: Pelindung Karya

Sab, 29 Maret 2014 | 10:00 WIB

KH Chizni Umar Burhan Lahir tahun 1955 di Gresik. Ia melindungi dokumen-dokumen bersejarah pada masa-masa awal berdirinya NU, terutama terkait surat atau tulisan-tulisan tangan dan kumpulan pidato yang disampaikan oleh Hadratus Syekh KH Hasyim Asy’ari.
<>
Ada juga dokumen asli berupa surat yang ditulis oleh Komite Hejaz kepada Raja Ibnu, tahun 1926. Surat itu berisi permohonan kepada penguasa baru Saudi Arabia itu agar umat Islam diberi kebebasan bermadzab, dan agar makam Nabi dan berbagai situs bersejarah tidak dihancurkan atas nama paham Wahabi.

Rumah H. Chizni di Jalan Nyai Ageng Arem Arem 35, tidak jauh dari masjid jami’ Gresik, menyimpan dokumen-dokumen penting NU yang tertata rapi. Dokumen-dokumen itu diwarisinya dari KH Umar Burhan, murid sekaligus sekretaris pribadi KH Hasyim Asy’ari. KH Umar Burhan juga menulis khotbah dan buah pikir KH Hasyim Hasyim Asy’ari, termasuk Qonun Azazi NU.

Kitab-kitab karangan Hadratus Syekh yang dikumpulkan oleh Gus Ishom dalam “Irsyadud Syari” sebagian juga bersumber dari dokumen-dokumen di rumah itu. KH Umar Burhan lahir pada tahun 1913, putra dari H Burhan, bendahara NU pada di masa kepengurusan periode pertama bersama H Hassan Gipo. Istri KH Umar Burhan, Ny. Umu Munawaroh (ayah H Chizni) adalah cucu dari Mustasyar NU pertama, KH Zubeir, teman belajar KH Cholil Bangkalan sewaktu di Mekkah.

Tidak hanya dokumen, ada dua lemari kaca yang cukup besar berisi kitab-kitab kuning abad pertengahan yang menjadi rujukan para ulama NU zaman dulu, majalah serta surat kabar umum yang dibaca oleh para pengurus NU baik terbitan dalam maupun luar negeri, serta surat kabar dan majalah yang diterbitkan oleh NU pada kurun tahun 1920-an sampai tahun 1960-an baik yang berbahasa Indonesia, Arab maupun Arab-Pegon.

Rumah di Jalan Nyai Ageng Arem itu menjadi salah satu tempat belajar Gus Dur sewaktu muda. Gus Dur sering menginap dan menghabiskan malam di rumah itu untuk membaca berbagai dokumen, dan meminta cerita kepada KH Umar Burhan. “Gus Dur meminta cerita sambil memijit-mijit ayah saya. Ayah saya menganggap Gus Dur seperti anaknya sendiri. Dan Gus Dur menganggap saya seperti adik sendiri,” kata H Chizni.

Rumah itu juga sering didatangi para peneliti asing seperti Denis Lombart, Martin van Bruinessen, Andree Fiellard, Greg Felly, Mitsuo Nakamura, Greg Barton, dan hampir semua peneliti asing yang menulis tentang NU. Tapi H Chizni, seperti juga ayahnya tidak pernah mengizinkan mereka semua untuk meminjam atau menggandakan dokumen-dokumen itu. Mereka boleh datang berkali-kali dan hanya diizinkan membaca dokumen itu di tempat.

Pada tahun 2004, pernah dibentuk tim Penyelamat Dokumen NU yang difasilitasi oleh PBNU, namun hanya beberapa 30 persen dokumen yang berhasil dikodifikasi. Kerja tim dihentikan. H Chizni berang karena beberapa dokumen hilang. Kini dokumen-dokumen itu tersimpan rapat di lemari terkunci. Tak hanya dilarang meminjam dan mem-foto copy dokumen, pengamat dan peneliti yang membaca dokumen itu pun harus didampingi pemiliknya, H Chizni Umar Burhan. Tak boleh ada satu dokumen pun yang tercecer, apalagi hilang.