Kesehatan

Ketum PDNU Bantah Isu Pencovidan Pasien di Rumah Sakit

Sel, 3 Agustus 2021 | 14:00 WIB

Ketum PDNU Bantah Isu Pencovidan Pasien di Rumah Sakit

Ketum PDNU dr Muhammad S Niam dalam sebuah diskusi virtual bersama Kornas Jaringan Gusdurian Alissa Wahid. (Foto: Dok. FB Muhammad S Niam)

Jakarta, NU Online
Ketua Umum Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Nahdlatul Ulama (PDNU), dr Muhammad S Niam, membantah isu pencovidan pasien di rumah sakit. Selain menyalahi kode etik kedokteran, skema pengcovidan juga dapat merugikan pihak rumah sakit. Sebab, alat maupun obat-obatan untuk Covid-19 terbilang tidak murah.


“Menjadikan Covid status pasien itu sebetulnya malah merugikan rumah sakit. Karena harus menyiapkan ruang isolasi dan obat-obatan yang tidak murah,” kata dr Niam dalam diskusi virtual bersama tim redakti NU Online, Senin (2/8). 


Selama pandemi, lanjut dr Niam, pihak rumah sakit bukan hanya melayani pasien terkonfirmasi Covid-19 saja. Akan tetapi, juga melayani pasien di luar Covid. Jika pasien yang dinyatakan Covid-19 bertambah banyak, maka hal itu justru membuat RS semakin kewalahan.


Alasannya, karena RS perlu mengklasifikasikan ruangan antara pasien Covid dan non-Covid guna mengantisipasi penularan,” beber Digestive Surgeon di RSUD dr Saiful Anwar Malang ini.


“Rumah sakit harus menyiapkan ruang isolasi, tidak boleh dicampur dengan pasien lain. Jadi, ada dana tersendiri bagi RS untuk menyiapkan ruang isolasi. Paling tidak, sekurang-kurangnya memecah ruang rawat yang sebelumnya dipakai untuk umum,” sambungnya.


Dikatakan, hal itu juga menjadi alasan lain bagi RS untuk menunda menerima pasien non-Covid yang memang dampaknya dapat merugikan masyarakat. Namun, pihak RS pun menanggung kerugian yang sama. 


“Sehingga konteks RS mengcovidkan pasien itu jauh dari kenyataan yang sebenarnya. Sementara dana Covid saja belum jelas bagaimana prosesnya,” tukas dokter kelahiran Samarinda Kalimantan Timur itu. 


Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa RS tidak sedikit pun mengambil keuntungan dari adanya wabah pandemi ini. Jadi, ketika masih banyak pihak yang beranggapan bahwa kasus bertambah karena ada pengcovidan, itu seperti berharap pandemi ini tak akan berakhir.


“Karena itu, dokter di PDNU berbusa-busa menjelaskan tidak ada yang mengcovidkan, dan kita semua berharap Covid ini segera berakhir,” tegas alumnus Pesantren Raudlatut Thalibin Rembang ini.


Dianalogikan, tenaga kesehatan (nakes) itu layaknya seorang penjaga gawang dalam permainan sepak bola. Maksudnya, bilamana terjadi kenaikan kasus maka nakes-lah yang pertama dibuat resah. 


“Bahkan, setelah Indonesia dinyatakan sebagai negara pemegang angka tertinggi kematian nakes dengan total tercatat 606 orang. Jadi, sangat tidak benar ada RS mengcovidkan,” tandas dr Niam.


Kontributor: Syifa Arrahmah
Editor: Musthofa Asrori