Katib Aam: Islam Nusantara sebagai Strategi Komunikasi NU
NU Online · Sabtu, 8 Februari 2020 | 09:45 WIB
Abdul Rahman Ahdori
Kontributor
“Islam Nusantara tak perlu (didakwahkan) karena itu realitas kita. Kita dakwahkan nilai-nilai NU, sejak awal membangun ini, kita mengangkat tentang Islam Nusantara itu sebagai strategi komunikasi,” kata Gus Yahya saat Pembukaan Simposium Nasional Islam Nusantara di Gedung PBNU, Jakarta Pusat, (8/2).
Ia menambahkan, tidak akan ditemukan diskursus tentang Islam Nusantara sebab oleh PBNU tidak didefinisikan kecuali bahasa Islam Ahlusunah wal Jamaah. Ulama NU sepakat untuk memperkaya pemahamannya.
Munculnya bahasa Islam Nusantara, ucap Gus Yahya, tentu ada penyebab, sama seperti munculnya bahasa Islam moderat penyebabnya karena muncul bahasa radikalisme agama.
Selanjutnya, Gus Yahya menegaskan, lahirnya bahasa Islam Nusantara merespons realitas saat banyak masyarakat baik dari kalangan bawah maupun dari kalangan elite umat Islam bergabung dengan kelompok teroris Islamic State for Irak and Siria (ISIS). Atas dasar realitas tersebut dirasa diperlukan identitas serta pendalaman masalah, apa penyebab masyarakat tersebut bergabung dengan ISIS. Sebab, jika masalahnya adalah kebodohan dan kemisinan nyatanya di antara masyarakat yang gabung ISIS itu adalah orang-orang pandai bertitle profesor dan kalangan konglomerat.
“Maka ada sesuatu yang harus kita pahami, kenapa mereka ikut aksi terorisme. Misalnya pada penembakan di Selandia Baru, yang kemudian dibalas aksi terorisme lagi di Srilanka yang dilakukan oleh satu keluarga, ternayata keluarga tersebut adalah pengusaha terkemuka, anak anak kaya,” tuturnya.
Berdasarkan diskusi yang banyak dilakukannya bersama tokoh-tokoh dunia, Gus Yahya menyebut variabel radikalisme agama tidak ada yang konsisten.
“Maka dari sini, masalah ini harus dipahami dalam konteks yang lebih luas, berdasarkan geopolitk. Kita harus melihatnya dengan lebih jernih apa sebenarnya yang jadi masalah karena kita tidak terjebak dalam konseptualisasi rumit yang belum tentu ada gunanya untuk menyelesaikan masalah,” ungkapnya.
Kontributor: Abdul Rahman Ahdori
Editor: Abdullah Alawi
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Mempertahankan Spirit Kurban dan Haji Pasca-Idul Adha
2
Ketum PBNU Buka Suara soal Polemik Tambang di Raja Ampat, Singgung Keterlibatan Gus Fahrur
3
Jamaah Haji yang Sakit Boleh Ajukan Pulang Lebih Awal ke Tanah Air
4
Rais 'Aam dan Ketua Umum PBNU Akan Lantik JATMAN masa khidmah 2025-2030
5
Khutbah Jumat: Meningkatkan Kualitas Ibadah Harian di Tengah Kesibukan
6
Khutbah Jumat: Menyatukan Hati, Membangun Kerukunan Keluarga Menuju Hidup Bahagia
Terkini
Lihat Semua