Nasional

Kacung Marijan: Keluar dari Paradoks, Tantangan Besar Indonesia

NU Online  ·  Jumat, 2 November 2012 | 00:52 WIB

Jakarta, NU Online
Ketua PBNU Kacung Marijan mengatakan, Indonesia sedang diliputi oleh sejumlah kondisi paradoks, utamanya pada segi politik dan ekonomi. Situasi ini menjadi penyebab utama bagi keterpurukan yang menimpa masyarakat Tanah Air selama ini.
<>
“Di satu sisi kita ingin mengembangkan individualime politik. Semua orang berhak untuk membentuk dan bergabung di partai politik. Tapi di sisi lain ada kebutuhan untuk membentuk kekuatan politik yang besar,” ujarnya.

Guru besar Uneversitas Airlangga Surabaya ini juga menyatakan, perilaku para elit masih didominasi oleh prestasi dan rekam jejak semu yang sarat manipulasi citra. Apa yang mereka janjikan kerap tak sejalan dengan kenyataan.

“Hampir semua elite poltik menggnuakan slogan populis. Tetapi ketika jadi penguasa tidak populis,” ujarnya saat mengisi sebuah diskusi di Jakarta, baru-baru ini.

Menurutnya, untuk memperbaiki keadaan, upaya harus diarahkan kepada pembangunan sistem bernegara yang mampu mengeluarkan bangsa ini dari paradoks tersebut.

“Tantangan kedepannya adalah bagaimana mengonstruksi paradoks-paradoks ini sehingga ada titik temu,” paparnya.

Jawaban terhadap tantangan ini, demikian Kacung, sesungguhnya ada para para pendiri republik ini. Mereka berusaha mengintegrasikan antara kecenderungan kolektivisme dan individualisme.

“Mereka berusaha membangun negara ini berbasiskan state centre (terpusat pada negara) dan market centre (terpusat pada pasar),” tuturnya.

Terkait kebijakan ekonomi, peran negara tak bisa ditinggalkan. Sebagai lembaga yang manaungi keseluruhan masyarakat di dalamnya. “Sebab yang harus diperjuangkan adalah bagaimana keadilan secara politik dan kemakmuran secara ekonomi ini match,” tandasnya


Redaktur: Mukafi Niam
Penulis   : Mahbib Khoiron