Nasional

Jokowi: Teladani dan Teruskan Perjuangan Syekh Nawawi Al-Bantani

NU Online  ·  Sabtu, 22 Juli 2017 | 23:00 WIB

Jokowi: Teladani dan Teruskan Perjuangan Syekh Nawawi Al-Bantani

Foto: Biro Pers Setpres.

Jakarta, NU Online
Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) menghadiri dan memberikan sambutan dalam acara peringatan Haul ke-124 Al-Maghfurlah Syekh Nawawi Al-Bantani di Pesantren An Nawawi Tanara di Serang, Banten, Jumat (21/7) kemarin. 

Jokowi mengatakan, sepanjang sejarah negeri kita ini, ada tiga ulama yang pernah menjadi Imam Masjidil Haram di Makkah. Satu di antaranya ulama kelahiran Serang, Syekh Nawawi Al-Bantani yang hidup di abad ke-19.

“Di perhelatan haul itu saya mengajak seluruh rakyat Indonesia, khususnya umat Islam, untuk meneladani dan meneruskan perjuangan Syekh Nawawi Al-Bantani dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,” ujar Jokowi di halaman Facebook miliknya, Sabtu (22/7).

Ia mengakui bahwa Syekh Nawawi adalah seorang ulama sekaligus intelektual. Ia mewariskan lebih dari 100 buku karyanya dalam berbagai disiplin ilmu, dari ilmu tafsir, ilmu kalam, tauhid, hadits, dan lain-lain.

“Murid-muridnya banyak yang menjadi ulama besar dan berjuang untuk bangsa ini. Di antaranya adalah pendiri Nahdlatul Ulama KH Muhammad Hasyim Asy'ari dan pendiri Muhammadiyah KH Achmad Dahlan,” terang mantan Wali Kota Solo, Jawa Tengah ini.

Ulama produktif

Keterangan tentang Syekh Nawawi Al-Bantani ini juga dijelaskan KH Cholil Nafis, Pengurus MUI Pusat. Ia menerangkan, Syekh Nawawi al Jawi al-Banteni itu ulama besar. Imam Masjidil Haram, Syyid Ulama Hijaz, al 'Allamah al Fahhamah ad Daqqiq wal Muahhaqiq, Ulama terkemuka pada abad XIV Hijriyah, serta predikat mulia lainnya. 

Syekh Nawawi al-Banteni adalah murid Syekh Ahmad Khothib Sambas (1803-1875) yang menjadi Imam Masjidil Haram dan kemudian diwarisi oleh Syekh Nawawi,” ujar Cholil Nafis yang juga mengungkapkan lewat akun Facebook miliknya, Sabtu (22/7).

Syekh Nawawi, jelasnya, tergolong ulama yang produktif. Karangan kitabnya dalam bahasa Arab lebih dari 115 kitab. Menurut hasil penelitian Martin Van Brunissen, seorang peneliti Indonesianis asal Belanda bahwa dari 46 pesantren terkemuka di Indonesia sebanyak 42 pesantren mengajarkan kitab-kitab Syekh Nawawi.

Hal ini, tandas Cholil, sesuai dengan beberapa tokoh dan pendiri pesantren yang menjadi murid Syekh Nawawi sehingga kitab-kitabnya menjadi rujukan dan buku ajar di banyak pesantren. 

Di antara murid Syekh Nawawi al-Banteni yaitu Syekh Ahmad Khotib al Minangkabawi (1860-1916), Syekh Mahfudz Termas (1868-1820), Syekh Kholil Bangkalan dan Hadlratussyekh Muhammad Hasyim Asy'ari (1875-1947 M) pendiri NU, dan Kiai Haji Ahmad Dahlan (1868-1923) pendiri Muhammadiyah. (Fathoni)