Islam Indonesia Terus ‘Bergerak’ Pasca-Reformasi
NU Online · Kamis, 26 April 2012 | 04:27 WIB
Jakarta, NU Online
Pasca-Reformasi 1998, ada perubahan-perubahan baru dalam lanskap politik Indonesia jika dikaitkan dengan dinamika perkembangan Islam.<>
Hal itu diungkapkan Ahmad Suaedy saat bedah buku “Islam in Contention: Rethinking Islam and State in Indonesia”, Rabu, (25/4) mulai pukul 13. 00-16.30 di lantai 8 gedung PBNU, Jakarta.
“Misalnya di satu sisi, orang semakin taat beragama, khususnya kalangan menengah Islam, tapi di sisi lain, suara partai-partai berideologi Islam , menurun. Marakanya ketaataan beragama bersamaan maraknya korupsi. Juga banyakya kekerasan dalam menyelesaikan masalah,” ujar Suaedy, salah seorang editor buku tersebut.
Didaulat sebagai pembedah buku, diantaranya Wakil Ketua Lakpesdam NU Velix Wanggai. Menurutnya, pasca-Reformasi, politik identitas cenderung menguat, diantarnya agama, etnisaitas. Hal itu merupakan akomodasi pusat terhadap daerah,” ujarnya.
Velix mencontohkan, terbentuknya provinsi Kepulauan Riau,Maluku Utara.Terbentuknya provinsi itu, masing-masing merunut kepada akar sejarah kerajaan Islam di masa lampau, di wilayah tersebut.
Gumilar Rusliwa Soemantri (Rektor Universitas Indonesia) menyampaikan pendapatnya dimulai dengan cara pandang sementara orang terhadap Indonesia, “Ada yang beranggapan bermula bangsa dulu kemudian terbentuk negara. Sebaliknya, ada juga yang mengatakan negara dulu kemudian terbentuknya bangsa.”
Yuniyanti Chuzaifah (Ketua Komnas Perempuan), membidik dari kacamata sensitivitas gender. Ia membenarkan adanya pergeseran politik identitas. Tapi itu tidak netral, selalu ada kalangan terpinggirkan, diantaranya kalangan perempuan.
Bedah buku yang dihadiri sekira seratus orang itu, mengarah pada satu kesepahaman bahwa menguatnya berbagai identitas dalam perpoltikan Indonesia harus mengedepankan keutuhan dan kepentingan Indonesia.
Buku tersebut merupakan hasil peneletian banyak kalangan yang dieditori Ota Atsushi, Okamoto Masaaki dan Ahmad Suaedy. Kemudian diterbitkan the Wahid Institute bekerjasama dengan Center for Asia Studies Kyoto University dan Center for Asia Pacific Area Studies RCHSS, Academia Sinica.
Bedah buku yang dimoderatori Wakil Sekretaris PBNU Imdadun Rahmat dikemas dalam tema “Membaca Ulang Relasi Islam dan Negara Pasca Reformasi,” diselenggarakan Pengurus Pusat Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Nahdlatul Ulama (Lakpesdam) dan The Wahid Institute.
Redaktur: A. Khoirul Anam
Penulis : Abdullah Alawi
Terpopuler
1
Khutbah Idul Adha 2025: Teladan Keluarga Nabi Ibrahim, Membangun Generasi Tangguh di Era Modern
2
Khutbah Idul Adha: Menanamkan Nilai Takwa dalam Ibadah Kurban
3
Bolehkah Tinggalkan Shalat Jumat karena Jadi Panitia Kurban? Ini Penjelasan Ulama
4
Khutbah Idul Adha: Implementasi Nilai-Nilai Ihsan dalam Momentum Lebaran Haji
5
Khutbah Idul Adha Bahasa Jawa 1446 H: Makna Haji lan Kurban minangka Bukti Taat marang Gusti Allah
6
Khutbah Idul Adha: Menyembelih Hawa Nafsu, Meraih Ketakwaan
Terkini
Lihat Semua