Nasional

IPNU Jatim Luncurkan Beasiswa "PASTI"

NU Online  ·  Selasa, 30 Oktober 2012 | 06:32 WIB

Surabaya, NU Online
Pengurus Wilayah Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) Jawa Timur meluncurkan beasiswa "PASTI" (pelajar dan santri berprestasi) senilai Rp500 ribu per semester untuk setiap anak.
<>
"Untuk langkah awal, kami bekerja sama dengan Kemendikbud menyerahkan 'voucher' beasiswa Rp550 ribu per anak untuk 15 pelajar SMP dari keluarga miskin," kata Ketua PW IPNU Jatim Imam Fadlli di Surabaya, Ahad.

Ia mengemukakan hal itu di sela-sela seminar sumpah pemuda bertajuk "Menangkal Radikalisme Pelajar di Jawa Timur untuk Menjaga Kedaulatan NKRI" yang dihadiri 150 peserta dari kalangan aktivis IPNU se-Jatim dan pelajar SMP/SMA/MA/SMK di Jatim.

Menurut dia, beasiswa yang akan dikembangkan untuk selanjutnya adalah beasiswa PASTI dengan melibatkan alumni IPNU untuk beasiswa bagi aktivis berprestasi yang diberikan kepada pelajar SMP, SMA, SMK, MA, dan santri yang aktif dalam organisasi ekstra.

"Untuk saat ini, belasan voucher beasiswa untuk siswa SMP dari keluarga miskin itu kami berikan kepada pelajar dari Surabaya, Sidoarjo, Malang, dan Bojonegoro yang hadir dalam seminar kali ini," paparnya.

Namun, katanya, beasiswa PASTI akan melibatkan alumni yang dibagikan kepada 44 cabang IPNU se-Jatim mulai tahun 2013 dengan minimal dua pelajar pada setiap cabang.

"Syarat beasiswa PASTI yang dikelola 'Student Crisis Center' (SCC) itu hanya dua kriteria yakni aktivis dan berprestasi," ujarnya di sela-sela acara yang dimeriahkan dengan deklarasi pelajar anti-radikalisasi itu.

Dalam kesempatan itu, IPNU juga meluncurkan "website"/laman IPNU untuk menangkal radikalisasi di kalangan pelajar dan mahasiswa yakni www.ipnujatim.or.id.

"Nantinya, kami juga akan membawa usulan 'judicial review' organisasi ekstra di kalangan pelajar pada Kongres IPNU di Palembang untuk mencegah radikalisme juga," tukasnya.

Hal itu dibenarkan alumni IPNU Jatim H Nur Hidayat. "Saya setuju usulan itu, karena radikalisasi di kalangan pelajar itu juga muncul akibat organisasi ekstra kurikuler yang modern seperti IPNU, IPPNU, dan IRM tidak boleh masuk sekolah," katanya. 


Redaktur: Mukafi Niam
Sumber  : Antara