Yogyakarta, NU Online
Ali As’ad berpendapat, gelar kiai itu di atas ulama. Ia mencontohkan beberapa di antaranya, yaitu KH Sahal Mahfudh, KH Ali Maksum, termasuk KH Ahmad Warsun Munawwir yang wafat tahun lalu. Ilmunya menep dan bermanfaat.
<>
Menurutnya, Mbah Warsun adalah kearifan, ilmunya menjelma di hati. “Itulah ilmu yang sudah menyelamatkannya,” katanya pada taushiyah haul pertama Mbah Ahmad Warsun, Selasa (8/4) di komplek Q pondok pesantren Al-Munawwir, pukul 20:30.
Seperti dikatakan Mbah Ali Maksum, kata dia, semua ilmu milik Allah Swt. Baik itu ilmu agama atau ilmu umum. “Yang membedakan adalah manfaat atau tidaknya. Maka mintalah ilmu yang manfaat,” anjur Ali As’ad di tengah jamaah tahlil.
Mbah Warsun, menurut Ali As’ad merupakan ulama yang mempunyai jiwa kepemimpinan. Mbah Warsun termasuk ulama seperti itu.
“Jasa besar kepemimpinan Mbah Warsun dapat kita lihat pasca gempa. Ia membantu pembangunan pondok pesantren Krapyak yang rusak akibat gempa. Ia memberikan CD kepada saya untuk dapat diajukan di Jakarta melalui Dubes Arab Saudi. CD tersebut berisikan foto-foto pondok yang terkena gempa” ceritanya.
Ali As’ad menjelaskan, pesantren krapyak pada waktu itu mendapatkan bantuan dari luar negeri. Walaupun bantuan tersebut dipotong oleh Departemen Agama, Mbah Warsun tidak mempersalahkan hal itu. “Itu merupakan amal jariyah pesantren Krapyak,” ungkap Ali As’ad. (Nur Sholikhin/Abdullah Alawi)
Terpopuler
1
Saat Jamaah Haji Mengambil Inisiatif Berjalan Kaki dari Muzdalifah ke Mina
2
Perempuan Hamil di Luar Nikah menurut Empat Mazhab
3
Pandu Ma’arif NU Agendakan Kemah Internasional di Malang, Usung Tema Kemanusiaan dan Perdamaian
4
360 Kurban, 360 Berhala: Riwayat Gelap di Balik Idul Adha
5
Saat Katib Aam PBNU Pimpin Khotbah Wukuf di Arafah
6
Belasan Tahun Jadi Petugas Pemotongan Hewan Kurban, Riyadi Bagikan Tips Hadapi Sapi Galak
Terkini
Lihat Semua