Inilah Draft Konsep Ahlul Halli dalam Munas NU (3)
NU Online · Senin, 13 Oktober 2014 | 11:07 WIB
Jakarta, NU Online
C. Penerapan dalam Lingkungan Nahdlatul Ulama
1. Menerapkan pemilihan pemimpin dalam lingkungan Nahdlatul Ulama melalui Ahlul Halli Wal-Aqdi adalah wajib atas dasar prinsip saddudz-dzari’ah untuk menghindarkan perselisihan dan perpecahan serta praktek pemilihan yang tidak bersih.
<>
2. Konsep Ahlul Halli Wal-Aqdi telah diterapkan dalam sejarah perkembangan NU dalam penetapan kepemimpinan sejak NU berdiri tahun 1926 sampai tahun 1952 ketika NU menjadi partai politik. Kemudian diterapkan kembali pada muktamar NU ke-27 di Situbondo tahun 1984 ketika NU kembali ke khitthah tahun 1926.
3. Ahlul Halli Wal-Aqdi terdiri dari unsur ulama, tokoh, pemikir, ilmuan dengan syarat:
a. Memiliki kepribadian yang adil, jujur dan terpercaya.
b. Memiliki pengetahuan untuk memilih orang yang berkemampuan memimpin dengan syarat-syarat yang telah ditentukan.
4. Syarat-Syarat Ahlul Halli Wal-Aqdi Dalam Nahdlatul Ulama :
a. Memiliki kepribadian yang adil, jujur dan terpercaya.
b. Memiliki pengetahuan untuk memilih orang yang berkemampuan memimpin dengan syarat-syarat yang telah ditentukan.
c. Memiliki pandangan yang cermat dan arif sebagai (أهل الرأي والحكمة) dalam memilih calon pemimpin terbaik yang akan dapat membawa lebih banyak mashlalah.
5. Proses pembentukan Ahlul Halli Wal-Aqdi :
a. PBNU perlu membentuk team untuk mempersiapkan pembentukan Ahlul Halli Wal-Aqdi.
b. Team bertugas menyusun tata cara penjaringan, kreteria calon dan melakukan penjaringan calon anggota Ahlul Halli Wal-Aqdi.
c. Jumlah Ahlul Halli Wal-Aqdi sebanyak 9 (sembilan) orang yang mencakup unsur jam’iyyah (struktural) dan jama’ah (non struktural).
6. Tugas Ahlul Halli Wal-Aqdi Dalam Nahdlatul Ulama :
a. Memberikan garis-garis besar kepemimpinan Nahdlatul Ulama.
b. Menetapkan haluan dasar Nahdlatul Ulama.
c. Memilih Rois Am yang bukan anggota Ahlul Halli Wal-Aqdi.
d. Masa tugas Ahlul Halli Wal-Aqdi berakhir sampai terpilihnya Rois Am, Wakil Rais Aam, dan terbentuknya kepengurusan harian Pengurus Besar Nahdlatul Ulama.
7. Syarat-Syarat Calon Rois Am Nahdlatul Ulama :
a. Lelaki, muslim dan sehat jasmani dan rohani.
b. Memiliki kepribadian yang adil, jujur dan terpercaya.
c. Memiliki jiwa kepemimpinan, tegas, arif dan bijak dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
d. Memiliki keilmuan agama yang mendalam serta pemahaman yang tawassuth.
e. Memiliki kemampuan mengendalikan diri (عفَّة), dan bersikap zuhud serta wara’.
f. Mampu menjaga kemaslahatan umum untuk ummat. (bersambung) (mukafi niam)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Membumikan Akhlak Nabi di Tengah Krisis Keteladanan
2
Khutbah Jumat: Meneguhkan Qanaah dan Syukur di Tengah Arus Hedonisme
3
Guru Madin Didenda Rp25 Juta, Ketua FKDT: Jangan Kriminalisasi
4
Gus Yahya Dorong Kiai Muda dan Alumni Pesantren Aktif di Organisasi NU
5
Khutbah Jumat: Menolong Sesama di Tengah Bencana
6
MK Larang Wamen Rangkap Jabatan di BUMN, Perusahaan Swasta, dan Organisasi yang Dibiayai Negara
Terkini
Lihat Semua